Selasa, 17 November 2009

Kuntum Cintanya

"De'... de'... Selamat Ulang Tahun..." bisik seraut wajah tampan tepat di
hadapanku. "Hmm..." aku yang sedang lelap hanya memicingkan mata dan tidur
kembali setelah menunggu sekian detik tak ada kata-kata lain yang terlontar dari
bibir suamiku dan tak ada sodoran kado di hadapanku.


Shubuh ini usiaku dua puluh empat tahun. Ulang tahun pertama sejak pernikahan
kami lima bulan yang lalu. Nothing special. Sejak bangun aku cuma diam, kecewa.
Tak ada kado, tak ada black forest mini, tak ada setangkai mawar seperti mimpiku
semalam. Malas aku beranjak ke kamar mandi. Shalat Subuh kami berdua seperti
biasa. Setelah itu kuraih lengan suamiku, dan selalu ia mengecup kening, pipi,
terakhir bibirku. Setelah itu diam. Tiba-tiba hari ini aku merasa bukan apa-apa,
padahal ini hari istimewaku. Orang yang aku harapkan akan memperlakukanku
seperti putri hari ini cuma memandangku.


Alat shalat kubereskan dan aku kembali berbaring di kasur tanpa dipanku.
Memejamkan mata, menghibur diri, dan mengucapkan. Happy Birthday to Me... Happy
Birthday to Me.... Bisik hatiku perih. Tiba-tiba aku terisak. Entah mengapa. Aku
sedih di hari ulang tahunku. Kini aku sudah menikah. Terbayang bahwa diriku
pantas mendapatkan lebih dari ini. Aku berhak punya suami yang mapan, yang bisa
mengantarku ke mana-mana dengan kendaraan. Bisa membelikan blackforest, bisa
membelikan aku gamis saat aku hamil begini, bisa mengajakku menginap di sebuah
resor di malam dan hari ulang tahunku. Bukannya aku yang harus sering keluar
uang untuk segala kebutuhan sehari-hari, karena memang penghasilanku lebih
besar. Sampai kapan aku mesti bersabar, sementara itu bukanlah kewajibanku.


"De... Ade kenapa?" tanya suamiku dengan nada bingung dan khawatir.


Aku menggeleng dengan mata terpejam. Lalu membuka mata. Matanya tepat menancap
di mataku. Di tangannya tergenggam sebuah bungkusan warna merah jambu. Ada
tatapan rasa bersalah dan malu di matanya. Sementara bungkusan itu enggan
disodorkannya kepadaku.
"Selamat ulang tahun ya De'..." bisiknya lirih. "Sebenernya aku mau bangunin
kamu semalam, dan ngasih kado ini... tapi kamu capek banget ya? Ucapnya takuttakut.


Aku mencoba tersenyum. Dia menyodorkan bungkusan manis merah jambu itu. Dari
mana dia belajar membukus kado seperti ini? Batinku sedikit terhibur. Aku buka
perlahan bungkusnya sambil menatap lekat matanya. Ada air yang menggenang.


"Maaf ya de, aku cuma bisa ngasih ini. Nnnng... Nggak bagus ya de?" ucapnya
terbata. Matanya dihujamkan ke lantai.


Kubuka secarik kartu kecil putih manis dengan bunga pink dan ungu warna
favoritku. Sebuah tas selempang abu-abu bergambar Mickey mengajakku tersenyum.
Segala kesahku akan sedikitnya nafkah yang diberikannya menguap entah ke mana.
Tiba-tiba aku malu, betapa tak bersyukurnya aku.


"Jelek ya de'? Maaf ya de'... aku nggak bisa ngasih apa-apa.... Aku belum bisa
nafkahin kamu sepenuhnya. Maafin aku ya de'..." desahnya.



Aku tahu dia harus rela mengirit jatah makan siangnya untuk tas ini. Kupeluk dia
dan tangisku meledak di pelukannya. Aku rasakan tetesan air matanya juga
membasahi pundakku. Kuhadapkan wajahnya di hadapanku. Masih dalam tunduk, air
matanya mengalir. Rabbi... mengapa sepicik itu pikiranku? Yang menilai sesuatu
dari materi? Sementara besarnya karuniamu masih aku pertanyakan.
"A' lihat aku...," pintaku padanya. Ia menatapku lekat. Aku melihat telaga
bening di matanya. Sejuk dan menenteramkan. Aku tahu ia begitu menyayangi aku,
tapi keterbatasan dirinya menyeret dayanya untuk membahagiakan aku. Tercekat aku
menatap pancaran kasih dan ketulusan itu. "Tahu nggak... kamu ngasih aku
banyaaaak banget," bisikku di antara isakan. "Kamu ngasih aku seorang suami yang
sayang sama istrinya, yang perhatian. Kamu ngasih aku kesempatan untuk meraih
surga-Nya. Kamu ngasih aku dede'," senyumku sambil mengelus perutku. "Kamu
ngasih aku sebuah keluarga yang sayang sama aku, kamu ngasih aku mama...."
bisikku dalam cekat.


Terbayang wajah mama mertuaku yang perhatiannya setengah mati padaku, melebihi
keluargaku sendiri. "Kamu yang selalu nelfon aku setiap jam istirahat, yang lain
mana ada suaminya yang selalu telepon setiap siang," isakku diselingi tawa. Ia
tertawa kemudian tangisnya semakin kencang di pelukanku.


Rabbana... mungkin Engkau belum memberikan kami karunia yang nampak dilihat
mata, tapi rasa ini, dan rasa-rasa yang pernah aku alami bersama suamiku tak
dapat aku samakan dengan mimpi-mimpiku akan sebuah rumah pribadi, kendaraan
pribadi, jabatan suami yang oke, fasilitas-fasilitas. Harta yang hanya terasa
dalam hitungan waktu dunia. Mengapa aku masih bertanya. Mengapa keberadaan dia
di sisiku masih aku naifkan nilainya. Akan aku nilai apa ketulusannya atas apa
saja yang ia berikan untukku? Hanya dengan keluhan? Teringat lagi puisi
pemberiannya saat kami baru menikah... Aku ingin mencintaimu dengan sederhana...

Sebelum Meninggal Dia Mengatakan, "Aku Mencium Bau Surga!"

Dalam sebuah hadits yang terdapat dalam ash-Shahihain dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Ada tujuh golongan orang yang akan mendapat naungan Allah pada hari tiada naungan selain dari naunganNya¿di antaranya, seorang pemuda yang tumbuh dalam melakukan ketaatan kepada Allah."

Dalam sebuah hadits shahih dari Anas bin an-Nadhr RA, ketika perang Uhud ia berkata, "Wah...angin surga, sungguh aku telah mecium bau surga yang berasal dari balik gunung Uhud."

Seorang Doktor bercerita kepadaku, "Pihak rumah sakit menghubungiku dan memberitahukan bahwa ada seorang pasien dalam keadaan kritis sedang dirawat. Ketika aku sampai, ternyata pasien tersebut adalah seorang pemuda yang sudah meninggal -semoga Allah merahmatinya-. Lantas bagaimana detail kisah wafatnya. Setiap hari puluhan bahkan ribuan orang meninggal. Namun bagaimana keadaan mereka ketika wafat? Dan bagaimana pula dengan akhir hidupnya?

Pemuda ini terkena peluru nyasar, dengan segera kedua orang tuanya -semoga Allah membalas kebaikan mereka- melarikannya ke rumah sakit militer di Riyadh. Di tengah perjalanan, pemuda itu menoleh kepada ibu bapaknya dan sempat berbicara. Tetapi apa yang ia katakan? Apakah ia menjerit dan mengerang sakit? Atau menyuruh agar segera sampai ke rumah sakit? Ataukah ia marah dan jengkel? Atau apa?

Orang tuanya mengisahkan bahwa anaknya tersebut mengatakan kepada mereka, 'Jangan khawatir! Saya akan meninggal... tenanglah... sesungguhnya aku mencium bau surga.!' Tidak hanya sampai di sini saja, bahkan ia mengulang-ulang kalimat tersebut di hadapan pada dokter yang sedang merawat. Meskipun mereka berusaha berulang-ulang untuk menyelamatkannya, ia berkata kepada mereka, 'Wahai saudara-saudara, aku akan mati, jangan kalian menyusahkan diri sendiri... karena sekarang aku mencium bau surga.'

Kemudian ia meminta kedua orang tuanya agar mendekat lalu mencium keduanya dan meminta maaf atas segala kesalahannya. Kemudian ia mengucapkan salam kepada saudara-saudaranya dan mengucapkan dua kalimat syahadat, 'Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar rasulullah. ' Ruhnya melayang kepada Sang Pencipta SWT.

Allahu Akbar... apa yang harus kukatakan dan apa yang harus aku komentari... semua kalimat tidak mampu terucap... dan pena telah kering di tangan... aku tidak kuasa kecuali hanya mengulang dan mengingat Firman Allah SWT,
'Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.' (Ibrahim: 27).

Tidak ada yang perlu dikomentari lagi."
Ia melanjutkan kisahnya,
"Mereka membawanya untuk dimandikan. Maka ia dimandikan oleh saudara Dhiya' di tempat memandikan mayat yang ada di rumah sakit tersebut. Petugas itu melihat beberapa keanehan yang terakhir. Sebagaimana yang telah ia ceritakan sesudah shalat Maghrib pada hari yang sama.
I. Ia melihat dahinya berkeringat. Dalam sebuah hadits shahih Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya seorang mukmin meninggal dengan dahi berkeringat." Ini merupakan tanda-tanda Husnul Khatimah.

II. Ia katakan tangan jenazahnya lunak demikian juga pada persendiannya seakan-akan dia belum mati. Masih mempunyai panas badan yang belum pernah ia jumpai sebelumnya semenjak ia bertugas memandikan mayat. Padahal tubuh orang yang sudah meninggal itu dingin, kering dan kaku.

III. Telapak tangan kanannya seperti seorang yang membaca tasyahud yang mengacungkan jari telunjuknya mengisyaratkan ketauhidan dan persaksiaannya, sementara jari-jari yang lain ia genggam.

Subhanallah... sungguh indah kematian seperti ini. Kita bermohon semoga Allah menganugrahkan kita Husnul Khatimah.

Saudara-saudara tercinta... kisah belum selesai...
Saudara Dhiya' bertanya kepada salah seorang pamannya, apa yang ia lakukan semasa hidupnya? Tahukah anda apa jawabannya?

Apakah anda kira ia menghabiskan malamnya dengan berjalan-jalan di jalan raya? Atau duduk di depan televisi untuk menyaksikan hal-hal yang ter-larang? Atau ia tidur pulas hingga terluput mengerjakan shalat? Atau sedang meneguk khamr, narkoba dan rokok? Menurut anda apa yang telah ia kerjakan? Mengapa ia dapatkan Husnul Khatimah yang aku yakin bahwa saudara pembaca pun mengidam-idamkannya; meninggal dengan mencium bau surga.

Ayahnya berkata,
'Ia selalu bangun dan melaksanakan shalat malam sesanggupnya. Ia juga membangunkan keluarga dan seisi rumah agar dapat melaksanakan shalat Shubuh berjamaah. Ia gemar menghafal al-Qur'an dan termasuk salah seorang siswa yang berprestasi di SMU'."

Aku katakan, "Maha benar Allah yang berfirman,
'Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, 'Rabb kami ialah Allah' kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), 'Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu" Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari (Rabb) Yang Maha Pengam-pun lagi Maha Penyayang.' (Fushshilat: 30-32)."


(SUMBER: SERIAL KISAH TELADAN KARYA MUHAMMAD BIN SHALIH AL-QAHTHANI, PENERBIT DARUL HAQ, TELP.021-4701616 sebagai yang dinukil dari Qishash wa 'Ibar karya Doktor Khalid al-Jabir)

Tanda-tanda Takut Kepada Allah Ta'ala

Takut kepada Allah adalah salah satu bentuk ibadah yang tidak terlalu diperhatikan oleh sebagian orang-orang mukmin, padahal itu menjadi dasar beribadah dengan benar. Firman Allah Ta'ala: "Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kalian kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman".(Ali 'Imran 175).

Tanda-tanda takut kepada Allah:

Pada lisannya
Seseorang yang takut kepada Allah mempunyai kekhawatiran atau ketakutan sekiranya lisannya mengucapkan perkataan yang mendatangkan murka Allah. Sehingga dia menjaganya dari perkataan dusta, ghibah dan perkataan yang berlebih-lebihan dan tidak bermanfaat. Bahkan selalu berusaha agar lisannya senantiasa basah dan sibuk dengan berdzikir kepada Allah, dengan bacaan Al Qur'an, dan mudzakarah ilmu.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, artinya: "Barangsiapa yang dapat menjaga (menjamin) untukku mulut dan kemaluannya, aku akan memberi jaminan kepadanya syurga".(HR. Al Bukhari).

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda:
"Tanda sempurnanya Islam seseorang adalah meninggalkan sesuatu (perkataan) yang tidak berguna". (HR. At Tirmidzi).
Kemudian dalam riwayat lain disebutkan, artinya: "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berbicara yang baik, atau (kalau tidak bisa) maka agar ia diam".(HR. Al Bukhari dan Muslim).
Begitulah, sesungguhnya seseorang itu akan memetik hasil ucapan lisannya, maka hendaklah seorang mukmin itu takut dan benar-benar menjaga lisannya.


Pada perutnya
Orang mukmin yang baik tidak akan memasuk-kan makanan ke dalam perutnya kecuali dari yang halal, dan memakannya hanya terbatas pada kebutuhannya saja.
Firman Allah Ta'ala:
Artinya: "Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian lain diantara kamu dengan jalan yang batil".(Al Baqarah: 188).

Ibnu Abbas menjelaskan, memakan dengan cara batil ini ada dua jalan yaitu; Pertama dengan cara zhalim seperti merampas, menipu, mencuri, dll. Dan Kedua dengan jalan permainan seperti berjudi, taruhan dan lainnya. Harta yang diperoleh dengan cara haram selamanya tidak akan menjadi baik/suci sekalipun diinfaqkan di jalan Allah. Sufyan Ats-Tsauri menjelaskan, "Barangsiapa menginfaq-kan harta haram (di jalan Allah) adalah seperti seseorang mencuci pakaiannya dengan air kencing, dan dosa itu tidak bisa dihapus kecuali dengan cara yang baik". Bahkan dijelaskan dalam riwayat yang shahih bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyatakan, setiap jasad (daging) yang tumbuh dari harta haram maka neraka lebih pantas untuknya.
Jadi, itulah urgensi memperhatikan jalan mencari harta. Sudahkah kita takut kepada Allah dengan menjaga agar jangan sampai perut kita dimasuki harta yang diharamkan Allah ?
Pada tangannya
Orang mukmin yang takut kepada Allah akan menjaga tangannya agar jangan sampai dijulurkan kepada hal-hal yang diharamkan Allah seperti; (sengaja) menyentuh wanita yang bukan muhrim, berbuat zhalim, aniaya. Dan tidak bermain dengan alat-alat permainan syetan seperti alat perjudian.

Orang mukmin selalu menggunakan tangannya untuk melakukan ketaatan, seperti bershadaqah, menolong orang lain (dengan tangannya) karena dia takut di akhirat nanti tangannya akan berbicara di hadapan Allah tentang apa yang pernah dilakukan-nya, sedangkan anggota badannya yang lain menjadi saksi atasnya. Sebagaimana firman Allah Ta'ala:
Artinya: "Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan".(Yasin: 65).

Bahkan salah seorang ulama salaf berkata; "Sekiranya kulit saya ditempeli bara api yang panas, maka itu lebih aku sukai daripada saya harus menyentuh perempuan yang bukan muhrim".
Itulah gambaran orang mukmin sejati yang takut kepada Allah di dalam menggunakan tangannya. Maka bagaimanakah dengan kita?

Pada penglihatannya
Penglihatan merupakan nikmat Allah Ta'ala yang amat besar, maka musuh Allah yaitu syetan tidak senang kalau nikmat ini digunakan sesuai kehendak-Nya. Orang yang takut kepada Allah selalu menjaga pandangannya dan merasa takut apabila memandang sesuatu yang diharamkan Allah, tidak memandang dunia dengan pandangan yang rakus namun me-mandangnya hanya untuk ibrah (pelajaran) semata.
Pandangan merupakan panah api yang dilepaskan oleh iblis dari busurnya, maka berbahagialah bagi siapa saja yang mampu menahannya.

Allah berfirman:
Artinya: "Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman; "Hendaklah mereka menahan pandangan-nya, dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat"".(An Nur: 30).
Jika kita teliti banyaknya kemaksiatan dan kemungkaran yang merajalela, seperti; perzinaan dan pemerkosaan, salah satu penyebabnya adalah ketidak mampuan seseorang menahan pandangannya. Sebab, sekali seseorang memandang, lebih dari sepuluh kali hati membayangkan. Maka, sudahkah kita menjadi orang yang takut kepada Allah dengan menahan pandangan kepada sesuatu yang diharamkanNya?

Pada pendengarannya
Ini perlu kita renungi bersama, sehingga seorang mukmin akan selalu menjaga pendengarannya untuk tidak mendengarkan sesuatu yang diharamkan Allah, seperti nyanyian yang mengundang birahi beserta irama musiknya, dll. Firman Allah Ta'ala:
Artinya: "Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai tanggung jawabnya". (Al Israa': 36).
Dan seorang mukmin akan menggunakan pendengarannya untuk hal-hal yang bermanfaat.
Pada kakinya
Seseorang yang takut kepada Allah akan melangkahkan kakinya ke arah ketaatan, seperti mendatangi shalat jama'ah, majlis ta'lim dan majlis dzikir. Dan takut untuk melangkahkan kakinya ke tempat-tempat maksiat serta menyesal bila terlanjur melakukannya karena ingat bahwa di hari kiamat kelak kaki akan berbicara di hadapan Allah, ke mana saja kaki melangkah, sedang bumi yang dipijaknya akan menjadi saksi.

Firman Allah Ta'ala:
Artinya: "Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan". (Yaasin: 12)
.
Asbabun nuzul ayat ini adalah bahwa seorang dari Bani Salamah yang tinggal di pinggir Madinah (jauh dari masjid) merencanakan untuk pindah ke dekat masjid, maka turunlah ayat ini yang kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan bahwa bekas langkah (telapak) menuju masjid dicatat oleh Allah sebagai amal shaleh.

Semua bekas langkah kaki akan dicatat oleh Allah ke mana dilangkahkan, dan tidak ada yang tertinggal karena bumi yang diinjaknya akan mengabarkan kepada Allah tentang apa, kapan, dan di mana seseorang melakukan suatu perbuatan. Jika baik maka baiklah balasannya, tetapi jika buruk maka buruk pula balasannya. Ini semua tidak lepas dari kaki yang dilangkahkan, maka ke manakah kaki kita banyak dilangkahkan ?

Pada hatinya
Seorang mukmin akan selalu menjaga hatinya dengan selalu berzikir dan istighfar supaya hatinya tetap bersih, dan menjaganya dari racun-racun hati.
Seorang mukmin akan takut jika dalam hatinya muncul sifat jahat seperti buruk sangka, permusuhan, kebencian, hasad dan lain sebagainya kepada mukmin yang lain. Karena itu semua telah dilarang Allah dan RasulNya dalam rangka menjaga kesucian hati. Hati adalah penentu, apabila ia baik maka akan baik seluruh anggota tubuh, tetapi apabila ia jelek maka akan jeleklah semuanya.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Ketahuilah bahwa dalam jasad ini ada segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya, dan apabila ia jelek maka jeleklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati".(HR. Riwayat Al Bukhari dan Muslim).
Maka pernahkah kita merasa takut bila hati kita menjadi gelap? Bahkan kita selalu merasa bahwa hati kita sama sekali tidak ada kejelekannya? Naudzubillah. Dari ini semua sudahkah kita termasuk orang yang takut kepada Allah ?


Maraji': Tazkiyatun Nafs, Ibnu Rajab Al Hambali dan Ibnu Qayyim.

Selasa, 03 November 2009

Mencari Kebahagiaan

Suatu hari di sebuah sungai yang cukup jernih, hiduplah seekor ikan kecil muda usia. Saat itu, siang sangat terik, Sang Ikan mencari bagian sungai yang ternaungi pohon yang rindang. Sesekali dipukulkannya ekornya pada air di sekelilingnya.

Saat Sang Ikan sibuk dengan air yang menciprati tubuhnya, tiba-tiba terdengarlah suara dari balik rimbun pepohonan, “Ayah, indah sekali pemandangan di sini, yach! Pepohonan begitu rimbun, dan air sungai ini begitu jernih,” seru seorang anak kecil pada ayahnya.

“Yach … Alhamdulillah … itulah kebesaran Allah, Nak! Ia menciptakan sesuatu tanpa cela, hanya manusia saja yang kurang bersyukur” kata Sang Ayah sambil mengelus kepala anak kecil itu dengan lembut.

“Katanya air itu sangat penting, ya, Yah? Dan … tanpanya kita semua akan mati?” tanya anak kecil itu pada ayahnya.

“Ya, benar! Air itu sangat penting bagi kita. Setiap makhluk hidup membutuhkan air dan oleh karena itu kita bisa mati tanpa ada air dalam kehidupan kita, seperti juga ikan kecil itu!” seru Sang Ayah sambil menunjuk ikan kecil.

Si ikan kecil yang mengikuti percakapan antara ayah dan anak itu mendadak menjadi gelisah. “Air, apa itu air? Di mana dapat kutemukan air? Bagaimana juka aku mati bila aku tak dapat menemukan air secepat mungkin? tanya si ikan dalam hatinya sambil berenang dengan panik. Si ikan kecil berenang tanpa kenal henti.

Ketika ikan kecil mendekati hulu sungai, bertemulah ikan kecil tersebut dengan seekor ikan “sepuh”. Setelah menyampaikan salam kemudian ikan kecil itu bertanya, “Wahai ikan sepuh, dapatkah kau tunjukkan padaku, di mana air? Aku mendengar percakapan manusia bahwa tanpa air kita akan mati!” seru Si ikan kecil.

Ikan sepuh tersenyum bijak, kemudian berkata, “Anakku, tentu saja aku tahu di mana air, sekarang coba kau lihat samping kanan dan kirimu, lihat sekelilingmu, apa yang kau lihat?”

“Ya, ada benda yang mengelilingiku tiap waktu, kadang ia tenang dan bergelombang, dia membantuku untuk berenang, dia yang membasahi tubuhku, menghilangkan dahagaku, dan aku bisa mati kekeringan tanpa kehadirannya,” gumam Si ikan kecil.

Ikan sepuh tersenyum lagi, “Ya, itulah air yang kau cari selama ini, anakku. Itulah air yang membuat kita semua dapat mati bila hidup tanpa kehadirannya.

Si ikan kecil tertegun, kemudian tersenyum, “Terimakasih, ikan sepuh. Sekarang aku bisa menghentikan proses pencarianku. Aku bahagia bisa menemukan apa yang aku cari. Ternyata benda yang sangat penting yang selama ini aku cari sudah berada bersamaku sejak dulu tapi aku tidak menyadarinya,” ucap Si ikan kecil. Si ikan kecil kemudian memutar siripnya setelah sebelumnya berpamitan kepada ikan sepuh.

KITA MANUSIA, SERINGKALI TAK KUNJUNG MERASA PUAS AKAN PENEMPATAN YANG ALLAH BERIKAN PADA KITA. Dan kita seringkali tak sadar bahwa mungkin sebenarnya saat kita melakukan pencarian, ketika kita sedang letih … sebenarnya kita justru sedang menjalani kebahagiaan tersebut.

Karena kita seringkali tertipu, dengan arus air yang tidak selamanya tenang, karena kebahagiaan pun seringkali tidak mesti berwujud ketenangan. Karena kebahagiaan pun seringkali berwujud “riak-riak ombak” dalam kehidupan kita…. Tapi kita akan merasa bahagia bila kita nikmati dan lalui dengan sabar

CINTAKU PADAMU TEMAN

CINTAKU PADAMU TEMAN



Sebagian merasa hidup ini tidak akan pernah mencapai maknanya tanpa kehadiran seorangpun teman. Teman adalah orang-orang yang dicintainya dan yang mencintainya pula Orang-orang yang dengan keluasan hati menerima dirinya apa adanya, tanpa bumbu dan banyak cela.

Menyayangi teman, sama sekali bukan berarti menafikan kecintaan kepada yang lain Kecintaan kepada keluarga, kepada diri sendiri, sebab tiap-tiap jendela cinta memiliki ruangan tersendiri di hati yang tidak akan mampu disamakan dengan cinta-cinta lain Yang kesemuanya tidak saling berhimpit tidak pula bersinggungan. Namun tiap-tiap kecintaan mengisi bilik-bilik hati yang berbeda-beda. Kesemua cinta hendaknya merupakan suatu refleksi cinta kepada Allah SWT. Suatu pendaran keemasan dari keimanan, desiran sejuk angin kerinduan, dan deburan tegar ombak keistiqomahan.

Teman, bagiku kata itu adalah ungkapan kerinduan dan sejuta harapan. Harapan untuk dapat saling menegur dan meneguhkan. Membuang jauh-jauh kata perbedaan dan mencoba untuk mengawali segalanya dari kesamaan. Pada kata itu kutemukan hakikat hidup dan kehidupan, karena bersamanya aku menahan derita dan sengsara, gundah dan gulana, namun begitu manis terasa segala kerutan layar perjuangan karena Allah lah yang telah membuatnya.

Teman, bertemankan jiwa-jiwa yang ber-izzah mulia dan ghiroh menggelora, dengan segudang ide dan idealisme yang Robbani. Meniti jembatan yang sama, dengan tekad yang serupa dan seragam kebesaran jiwa. Bukan untuk sekedar menghabiskan sisa minuman kehidupan dunia, tapi hidup untuk sebuah cita yang takkan pernah kandas sia-sia. Pantas saja jika Rosululloh mewasiatkan agar kita menjadikan mereka yang sholeh sebagai teman kepercayaan.

Ah teman, harus kita terima bahwa berteman bukan berarti untuk selalu bersama secara harfiah Suatu saat pasti kita akan terpisah pula. Menempati lini-lini berbeda di setiap sudut kehidupan, agar setiap insane dapat tersentuh cahayaNya

Teringat serangkaian syair milik Munsyid Saujana ini kusuntingkan untukmu :
Sedingin embunan dedaun kehijauan, sesegar ingatan kenangan kisah silam
Kita seiring bersatu dan berjuang, meniti titian persahabatan
Kau hadir bawa cahaya, terangi hatiku teman
Saling memerlukan dan mengharapkan
Tangis gembira saat bahagia, moga kan kekal menuju Syurga
Kerana Tuhan kita ditemukan, andai terpisah, itu ketentuan
Sengketa dan kesilapan itulah fitrahnya insan
Kata dan teguran itulah pedoman

Wanita Sempurna

Ini kisah perjumpaan dua orang sahabat yang sudah puluhan tahun terpisahkan hidupnya. Mereka kangen-kangenan, ngobrol ramai sambil minum kopi disebuah kafe. Awalnya topik yang dibicarakan adalah soal-soal nostalgia zaman sekolah dulu, namun pada akhirnya menyangkut kehidupan mereka sekarang ini.

'Ngomong-ngomong, mengapa sampai sekarang kamu belum juga menikah?' ujar seorang kepada temannya yang sampai sekarang membujang. 'Sejujurnya sampai saat ini saya terus mencari wanita yang sempurna. Itulah sebabnya saya masih melajang. Dulu di Bandung, saya berjumpa dengan seorang gadis cantik yang amat pintar. Saya pikir ini adalah wanita ideal yang cocok untuk menjadi istriku. Namun ternyata di masa pacaran ketahuan bahwa ia sangat sombong. Hubungan kami putus sampai di situ.

'Di Jakarta, saya ketemu seorang wanita rupawan yang ramah dan dermawan. Pada perjumpaan pertama, aku kasmaran. Hatiku berdesir kencang, inilah wanita idealku. Namun ternyata belakangan saya ketahui, ia banyak tingkah dan tidak bertanggung jawab.

'Saya terus berupaya mencari. Namun selalu saya temukan kelemahan dan kekurangan pada wanita yang saya taksir. Sampai pada suatu hari, saya bersua wanita ideal yang selama ini saya dambakan. Ia demikian cantik, pintar,baik hati, dermawan, dan suka humor. Saya pikir, inilah pendamping hidup yang dikirim Tuhan.'

'Lantas,' sergah temannya yang dari tadi tekun mendengarkan, 'Apa yang terjadi? Mengapa kau tidak segera meminangnya?'

Yang ditanya diam sejenak. Suasana hening. Akhirnya dengan suara lirih, sang bujangan menjawab, 'Baru belakangan aku ketahui bahwa ia juga sedang mencari pria yang sempurna.'

Maafkanlah Aku, Kawan

Dua orang sahabat karib sedang berjalan melintasi gurun pasir. Di tengah perjalanan, mereka bertengkar, dan salah seorang menampar temannya. Orang yang kena tampar, merasa sakit hati, tapi dengan tanpa berkata-kata, dia

menulis di atas pasir : HARI INI, SAHABAT TERBAIKKU MENAMPAR PIPIKU.

Mereka terus berjalan, sampai menemukan sebuah oasis, dimana mereka memutuskan untuk mandi. Orang yang pipinya kena tampar dan terluka hatinya, mencoba berenang namun nyaris tenggelam, dan berhasil diselamatkan oleh sahabatnya.

Ketika dia mulai siuman dan rasa takutnya sudah hilang, dia menulis di sebuah batu: HARI INI, SAHABAT TERBAIKKU MENYELAMATKAN NYAWAKU. Orang yang menolong dan menampar sahabatnya, bertanya, /"Kenapa setelah saya melukai hatimu, kau menulisnya di atas pasir, dan sekarang kamu menulis di batu?\" Temannya sambil tersenyum menjawab, /"Ketika seorang

sahabat melukai kita, kita harus menulisnya di atas pasir agar angin maaf datang berhembus dan menghapus tulisan tersebut. Dan bila sesuatu yang luar biasaterjadi, kita harus memahatnya di atas batu hati kita, agar tidak bisa hilang tertiup angin.\"

Cerita di atas, bagaimanapun tentu saja lebih mudah dibaca dibandingditerapkan. Begitu mudahnya kita memutuskan sebuah pertemanan \'hanya\' karena sakit hati atas sebuah perbuatan atau perkataan yang menurut kita keterlaluan hingga menyakiti hati kita. Sebuah sakit hati lebih perkasa untuk merusak dibanding begitu banyak kebaikan untuk menjaga. Mungkin ini memang bagian dari sifat buruk diri kita.

Karena itu, seseorang pernah memberitahu saya apa yang harus saya lakukan ketika saya sakit hati. Beliau mengatakan ketika sakit hati yang paling penting adalah melihat apakah memang orang yang menyakiti hati kita itu tidak kita sakiti terlebih dahulu.



Bukankah sudah menjadi kewajaran sifat orang untuk membalas dendam? Maka sungguh sangat bisa jadi kita telah melukai hatinya terlebih dahulu dan dia menginginkan sakit yang sama seperti yang dia rasakan. Bisa jadi juga sakit hati kita karena kesalahan kita sendiri yang salah dalam menafsirkan perkataan atau perbuatan teman kita. Bisa jadi kita tersinggung oleh perkataan sahabat kita yang dimaksudkannya sebagai gurauan.

Namun demikian, orang yang bijak akan selalu mengajari muridnya untuk memaafkan kesalahan-kesalahan saudaranya yang lain. Tapi ini akan sungguh sangat berat. Karena itu beliau mengajari kami untuk 'menyerahkan' sakit itu kepada Allah -yang begitu jelas dan pasti mengetahui bagaimana sakit hati kita- dengan membaca doa, "Ya Allah, balaslah kebaikan siapapun yang telah diberikannya kepada kami dengan balasan yang jauh dari yang mereka bayangkan. Ya Allah, ampuni kesalahan-kesalahan saudara-saudara kami yang pernah menyakiti hati kami."

Bukankah Rasulullah pernah berkata, "Tiga hal di antara akhlak ahli surga adalah memaafkan orang yang telah menganiayamu, memberi kepada orang yang mengharamkanmu, dan berbuat baik kepada orang yang berbuat buruk kepadamu".

Karena itu, Saudara-saudaraku, mungkin aku pernah menyakiti hatimu dan kau tidak membalas, dan mungkin juga kau menyakiti hatiku karena aku pernah menyakitimu. Namun dengan ijin-Nya aku berusaha memaafkanmu. Tapi yang aku takutkan kalian tidak mau memaafkan.Sungguh, Saudara-saudaraku, dosa-dosaku kepada Tuhanku telah menghimpit kedua sisi tulang rusukku hingga menyesakkan dada.
Saudara-saudaraku, jika kalian tidak sanggup mendoakan aku agar aku 'ada' di hadapan-Nya, maka ikhlaskan segala kesalahan-kesalahanku. Tolong jangan kau tambahkan kehinaan pada diriku dengan mengadukan kepada Tuhan bahwa aku telah menyakiti hatimu.

Manusia Oh Manusia

Ini cerita atau tamsil mengenai kondisi kita sebagai manusia, Insya Allah ada hikmah/manfaatnya

Telah dtg seorang bijak di hadapan rumah seorang lelaki. Orang bijak itu terkejut apabila mndapati lelaki itu sedang memukul seekor kucing. Orang bijak itu bertanya kpd lelaki tersebut 'Kenapa kamu pukul kucing yg lemah ini??' Jawab lelaki tersebut' Aku telah menjumpainya di sebuah lorong ketika ia dalam keadaan yg tersangat lemah & kedinginan , kemudian aku mengambilnya & memberinya makanan serta minuman.

Aku pelihara sehingga ia benar2 sehat, tetapi sesudah kucing itu sehat ,ia membuang najis/kotoran pada semua tempat di rumahku. Kemudian berkatalah si orang bijak : 'Ini sebenarnya peringatan & tamsilan antara kita dgn Allah. Dia telah memelihara kita sejak dari kecil yg tersangat lemah & dhaif, lalu Allah beri kita makan, pakaian dan segala2nya tetapi setelah begitu banyak kebaikan dan nikmat Allah yg kita rasakan, kita durhaka kepadaNYA dan tidak melaksanakan perintahNYA dan belum ikut cara hidup kekasihnya yaitu Rasulullah . Lihatlah betapa baiknya dan rahmatnya Allah, walaupun kita durhaka kepadaNYA,Dia masih belum menyiksa atau memukul kita dgn azabNYA.'

Kemudian pergilah orang bijak itu dan beristighfarlah lelaki tersebut krn mengenang dosa2nya terhdap Allah. Jika ia lambat diperingatkan oleh orang bijak itu, sudah tentu dipertanggungjawabkn atas kesalahannya di mahkamah Allah kelak krn telah mencoba menyiksa kucingnya...............

LEMBUTKAN HATIMU DENGAN MENGINGAT KEMATIAN

Saudaraku yang mengharap ridho Allah Subhanahu wa Ta'ala, Sesungguhnya kehidupan dunia ini adalah sebuah perjalanan panjang menuju negeri keabadian. Semoga kita digolongkan ke dalam orang-orang yang sadar dan mengerti harus bagaimana menjalani hidup ini agar terhindar dari kehidupan yang sia-sia dan tanpa makna.

Perjalanan ke sebuah negeri yang tiada akhirnya. Ingatlah wahai saudaraku perbekalan yang terbaik adalah ketakwaan kita (watazawwadu fainna khoirozzaadittaqwa) QS. 2:198. Yakni dengan amal shaleh yang ikhlas dan mutaaba’ah (sesuai sunnah Rasulullah u) yang menyertaimu ketika meninggalkan dunia ini untuk menghadap Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam kematian yang pasti.
ßõáøõ äóÝúÓò ÐóÂÆöÞóÉõ ÇáúãóæúÊö
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati….” (QS. Al-Imran :185)
Memang wahai saudaraku. Perjalanan ini adalah menuju akhirat. Suatu perjalanan yang kita mohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar berakhir pada kenikmatan surga. Bukan neraka. Karena keagungan perjalanan menuju hari akhir inilah Rasulullah bersabda:
“Seandainya kalian mengetahui apa yang kuketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (Mutaffaqun ‘alaih)
maksudnya, jika kita mengetahui hakekat ajal yang akan menjemput kita dan kedahsyatan alam kubur, kegelapan hari kiamat dan segala kesedihannya, shirot (titian) dan segala rintangannya, surga dengan segala kenikmatannya, niscaya akan memberikan motivasi kepada kita untuk mengadakan perubahan. Berubah dari kefasikan dan kekafiran menjadi keimanan, dari kemunafikan menjadi istiqamah, dari keraguan menjadi keyakinan, dari kesombongan menjadi ketawadhu’an, dari rakus menjadi rasa syukur dan sederhana, dari pemarah dan pendendam menjadi kasih sayang dan memaafkan, dari kelicikan dan kesewenangan menjadi kejujuran dan keadilan, dari kedustaan menjadi kebenaran. Jadi, perubahan diri dari sifat dan watak syaithoni dan hewani, menjadi insan Islami harus segera di mulai.
Akan tetapi kita sering lupa atau berpura-pura lupa dengan perjalanan panjang tersebut, bahkan malah memilih dunia dengan segala perangkatnya, kemewahan, kecantikan, kekayaan, kedudukan yang semua nilainya disisi Allah Y, tidak lebih dari sehelai sayap nyamuk!
Wahai yang tertipu oleh dunia…..! Wahai yang sedang berpaling dari Allah Y…! Wahai yang sedang lengah dari ketaatan kepada Rabb-nya…! Wahai yang nafsunya selalu menolak nasehat!! Wahai yang selalu berangan-angan panjang!!! Tidakkah engkau mengetahui bahwa kamu akan segera meninggalkan duniamu dan duniamu pula akan meninggalkanmu? Mana rumahmu yang megah? Mana pakaianmu yang indah? Mana aroma wewangianmu? Mana para pembantu dan familimu? Mana wajahmu yang cantik dan tampan? Mana kulitmu yang halus? Mana….?! Mana….?! Saat itu ulat dan cacing mengoyak-ngoyak dan mencerai-beraikan seluruh tubuhmu ….?!
Bersegeralah bersimpuh di hadapan Rabbul Jalil, Allah Y. Lepaskan selimut kesombongan yang menghalangi dari rahmat dan maghfirah-Nya. Kuberikan khabar gembira bagi yang berdosa, lalai dan berlebih-lebihan, agar segera berhenti dari perbuatan kemaksiatannya itu.
Saudaraku yang tercinta, siapakah diantara kita yang tak berdosa, siapa diantara kita yang tidak bersalah kepada Tuhannya? Sama sekali tidak ada, seharipun kita tidak bisa seperti malaikat yang selalu taat dan tidak berbuat maksiat sedikitpun.
Datangilah masjid dan beribadahlah di dalamnya, tegakkanlah shalat lima waktu, puasalah di bulan Ramadhan, tunaikan haji jika engkau telah mampu, zakatilah harta dan jiwamu, bimbinglah anak-anakmu dengan Al-Islam, jauhkan dirimu dan keluargamu dari bacaan/majalah/tabloid porno.
Insyafilah semua dosa-dosa, serta ingatlah …. Pintu taubat masih terbuka lebar untukmu, rahmat dan maghfirah Allah Y sangatlah luas, lebih luas dari lautan dosa. Ketahuilah bahwa Allah Y sangat senang dengan taubatmu. Ingatlah firman Allah Y:
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan mensucikan hatinya.”
Rasulullah u menyampaikan satu nasehat yang mana satu nasehat ini cukup untuk menasehati setiap manusia:
ßóÝóì ÈöÇáúãóæúÊö æóÇÚöÙðÇ
“Cukuplah dengan adanya kematian sebagai penasehat (bagi kita).”
Saudaraku…., renungkanlah baik-baik risalah ini dengan pena kerinduan dan tinta air mata. Kembalilah kepada Allah Y dan Rasul-Nya u dengan manhaj (cara) yang benar. Kerjakanlah apa yang telah diperintahkan-Nya dan sekuat-kuatnya untuk menjauhi larangan-Nya. Berusahalah untuk memelihara ketundukan, tawadhu’ dan syukur atas nikmat-Nya yang akan mengajakmu menuju pintu ketenangan dan kebahagiaan. Berhiaslah dengan amal shaleh dan keindahan akhlaqul karimah. Semuanya akan mempertanggungjawabkan amalannya sendiri-sendiri, maka beramal-lah!
Allah Y berfirman:
“Maka barangsiapa beramal seberat biji sawi dari kebaikan, niscaya akan melihat ganjarannya. Dan barangsiapa beramal seberat biji sawi dari kemaksiatan, niscaya akan melihat siksanya.” (Az-Zalzalah: 7-8) Wallahu a’lam.
Abu Khudzaifah, Abi em. FW

Renungan
Kuningan, 1999… Dahulu, aku adalah seorang pemuda yang senang dengan dosa dan kemaksiatan, tak kulewatkan malam panjang kecuali ditemani minuman dan permainan syetan. Akan tetapi aku baru sadar ketika Allah memperlihatkanku dengan pemandangan mengerikan yang membuat mata ini menangisi akan semua kebodohan, kemaksiatan yang pernah aku lakukan. Salah seorang temanku menghadap Allah, setelah puas dengan kemaksiatan. Sebagai kawan ingin rasanya aku memberikan penghormatan terakhir kepadanya dengan mengiringinya sampai kepemakaman. Suasana hening disertai suara isak tangis keluarga mengiringinya tatkala temanku diletakkan ke dalam liang lahad yang hanya sebatas ukuran tubuhnya sebagai tempat peristirahatannya. Aku dan salah seorang laki-laki dari keluarganya ikut turun ke dalamnya untuk membantu meletakkannya.
Butir demi butir tanah mulai menutupi jasadnya hingga selesai upacara pemakaman, langkah demi langkahpun mulai meninggalkannya seorang diri. Seorang lelaki yang ikut bersamaku menurunkan jenazah terlihat gusar dan bingung. Setelah kutanya apa yang terjadi?, dia menjawab: “Kunci mobilku terjatuh!!”. Kami dan beberapa temanpun menyusuri pemakaman yang dia lalui dan kamipun tidak mendapatkannya. Setelah diingat-ingat dia sangat yakin bahwa kuncinya terjatuh di liang lahad. Karena tak ada jalan lain, setelah dibicarakan dengan yang lainnya akhirnya disepakati untuk menggali kembali kuburan. Akupun ikut pula menggali kuburan dan disaksikan hanya oleh beberapa orang. [Setelah ditemukan kuncinya] rasa heran dan penasaran mulai menghinggapi hati, karena tercium bau busuk yang sangat menjijikkan. Bagaikan petir yang menghantam dadaku ketika aku melihat sang mayat hitam legam bagaikan terbakar api yang sangat panas. Dan yang lebih mengherankan kain kafan yang dikenakannya masih tetap dalam keadaan putih bersih, hanya sedikit tersimbah darah!!? Aku merasakan jasadku tak bertulang, dan rasa takut yang sangat mulai merambat ke sekujur tubuh yang mana belum pernah aku mengalaminya tatkala berhadapan lawan sehebat apapun!!! Melihat hal yang demikian kamipun cepat-cepat menutup kembali kuburan.

“Alhamdulillah, terima kasih yaa Allah yang telah menyadarkanku melalui pandanganku.” Disela-sela do’anya setelah shalat maghrib diiringi air mata kebahagiaan dan kedamaian yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

MANUSIA DIANTARA DUA TANGISAN

Detik waktu bersama kelahiran seorang bayi dihiasi tangisan .Nyaring berkumandang menghiasi telinga si IBU. Merakah tersenyum hatinya gembira penawar sakit dan lesu serta berjuang dengan Maut. Lalu mulailah sebuah kehidupan yang baru didunia dengan sebuat resiko pahit dan kejamnya kehidupan ini, bercucurkan darah dan tetes air mata.

Air mata adakalanya penyubur hati, penawar duka. Adakalanya buih Kekecewaan yang menhimpit perasaan dan kehidupan ini. Air mata seorang manusia hanyalah umpama air kotor diperlimpahan. Namun setetes air mata kerana takut kepada ALLAH persis permata indahnya gemerlapan terpancar dari segala arah dan penjuru. Penghuni Syurga ialah mereka yang banyak mencucurkan air mata Demi ALLAH dan Rasulnya bukan semata karena harta dan kedudukan.

Pencinta dunia menangis kerana dunia yang hilang. Perindu akhirat menangis kerana dunia yang datang.

Alangkah sempitnya kuburku, keluh seorang batil, Alangkah sedikitnya hartaku, kesal si hartawan (pemuja dunia).

Dari mata yang mengitai setiap kemewahan yang mulus penuh rakus, mengalirlah air kecewa kegagalan. Dari mata yang redup merenung Hari Akhirat yang dirasakan dekat, mengalirkan air mata insaf mengharap kemenangan, serta rindu akan RasulNya.

"Penghuni Syurga itulah orang-orang yang menang." (al- Hasr: 20)

Tangis adalah basahan hidup,justeru:Hidup dimulakan dengan tangis, Dicela oleh tangis dan diakhiri dengan tangis.Manusia sentiasa dalam dua tangisan. Sabda Rasulullah s.a.w. "Ada dua titisan yang ALLAH cintai, pertama titisan darah para Syuhada dan titisan air mata yang jatuh kerana takutkan ALLAH."

Nabi Muhammad bersabda lagi : "Tangisan seorang pendosa lebih ALLAH cintai daripada tasbih para wali."

Oleh karena itu berhati-hatilah dalam tangisan, kerana ada tangisan yang akan mengakibatkan diri menangis lebih lama dan ada tangisan yang membawa bahagia untuk selama-lamanya. Seorang pendosa yang menangis kerana dosa adalah lebih baik daripada Abid yang berangan-angan tentang Syurga mana kelak ia akan bertakhta.

Nabi bersabda : "Kejahatan yang diiringi oleh rasa sedih, lebih ALLAH sukai dari satu kebaikan yang menimbulkan rasa takbur."

Ketawa yang berlebihan tanda lalai dan kejahilan. Ketawa seorang ulamak dunia hilang ilmu, hilang wibawanya. Ketawa seorang jahil, semakin keras hati dan perasaannya.

Nabi Muhammad bersabda : "Jika kamu tahu apa yang aku tahu nescaya kamu banyak menangis dan sedikit ketawa."

Seorang Hukama pernah bersyair : "Aku heran dan terperanjat,melihat orang ketawa kerana perkara-perkara yang akan menyusahkan,lebih banyak daripada perkara yang menyenangkan."

Salafussoleh menangis walaupun banyak beramal,takut-takut tidak Diterima ibadatnya, kita ketawa walaupun sedar diri kosong daripada amalan.

Lupakah kita

Nabi pernah bersabda : "Siapa yang berbuat dosa dalam ketawa, akan dicampakkan ke neraka dalam keadaan menangis."

Kita gembira jika apa yang kita idamkan tercapai. Kita menangis kalau Yang kita cita-citakan terabai. Nikmat disambut ria, kedukaan menjemput duka.

Namun,Allah s.a.w. telah berfirman : " Boleh jadi kamu membenci sesuatu,padahal ia amat baik bagimu,dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu,pada hal ianya amat buruk bagimu. ALLAH mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui." (AL BAQARAH : 216)

Bukankah Nabi pernah bersabda: "Neraka dipagari nikmat, syurga dipagari bala."

Menangislah wahai diri, agar senyumanmu banyak di kemudian hari. Kerana engkau belum tahu, nasibmu dihizab kanan atau hizab kiri.Di sana, lembaran sejarahmu dibuka satu persatu, menyemarakkan rasa malu berabad-abad lamanya bergantung kepada syafaat Rasulullah yang dikasihi Tuhan. Kenangilah, sungai-sungai yang mengalir itu banjiran air mata Nabi Adam yang menangis bertaubat, maka suburlah dan sejahteralah bumi kerana terangkatnya taubat. Menangislah seperti Saidina Umar yang selalu memukul dirinya dengan berkata:

"Kalau semua masuk ke dalam syurga kecuali seorang, aku takut akulah orangitu."

Menangislah sebagaimana Ummu Sulaim apabila ditanya : "Kenapa engkau menangis?" "Aku tidak mempunyai anak lagi untuk saya kirimkan ke medan Perang," jawabnya.

Menangislah sebagaimana Ghazwan yang tidak sengaja terpandang wanita rupawan. Diharamkan matanya dari memandang ke langit seumur hidup,lalu berkata : "Sesungguhnya engkau mencari kesusahan dengan pandangan itu."

Ibnu Masud r.a.berkata : "Seorang yang mengerti al Quran dikenali waktu malam ketika orang lain tidur,dan waktu siangnya ketika orang lain tidak berpuasa, sedihnya ketika orang lain sedang gembira dan tangisnya di waktu orang lain tertawa. Diamnya di waktu orang lain berbicara, khusuknya di waktu orang lain berbangga, seharusnya orang yang mengerti al Quran itu tenang,lunak dan tidak boleh menjadi seorang yang keras, kejam, lalai, bersuara keras dan marah.

Tanyailah orang-orang soleh mengapa dia tidak berhibur : "Bagaimana hendak bergembira sedangkan mati itu di belakang kami,kubur di hadapan kami,kiamat itu janjian kami, neraka itu memburu kami dan perhentian kami ialah ALLAH."

Menangislah di sini, sebelum menangis di sana!!!.............

Wallahu a'lam...

Berpikir Sederhana

Terpetik sebuah kisah, seorang pemburu berangkat ke hutan dengan membawa busur dan tombak. Dalam hatinya dia berkhayal mau membawa hasil buruan yang paling besar, yaitu seekor rusa. Cara berburunya pun tidak pakai anjing pelacak atau jaring penyerat, tetapi menunggu di balik sebatang pohon yang memang sering dilalui oleh binatang-binatang buruan.

Tidak lama ia menunggu, seekor kelelawar besar kesiangan terbang hinggap di atas pohon kecil tepat di depan si pemburu. Dengan ayunan parang atau pukulan gagang tombaknya, kelelawar itu pasti bisa diperolehnya. Tetapi si pemburu berpikir, "untuk apa merepotkan diri dengan seekor kelelawar? Apakah artinya dia dibanding dengan seekor rusa besar yang saya incar?"

Tidak lama berselang, seekor kancil lewat. Kancil itu sempat berhenti di depannya bahkan menjilat-jilat ujung tombaknya tetapi ia berpikir, "Ah, hanya seekor kancil, nanti malah tidak ada yang makan, sia-sia." Agak lama pemburu menunggu. Tiba-tiba terdengar langkah-langkah kaki binatang mendekat, pemburupun mulai siaga penuh,tetapi ternyata, ah... kijang. Ia pun membiarkannya berlalu. Lama sudah ia menunggu, tetapi tidak ada rusa yang lewat, sehingga ia tertidur.

Baru setelah hari sudah sore, rusa yang ditunggu lewat. Rusa itu sempat berhenti di depan pemburu, tetapi ia sedang tertidur. Ketika rusa itu hampir menginjaknya, ia kaget. Spontan ia berteriak, Rusa!!!" sehingga rusanya pun kaget dan lari terbirit-birit sebelum sang pemburu menombaknya. Alhasil ia pulang tanpa membawa apa-apa.

Banyak orang yang mempunyai idealisme terlalu besar untuk memperoleh sesuatu yang diinginkannya. Ia berpikir yang tinggi-tinggi dan bicaranya pun terkadang sulit dipahami. Tawaran dan kesempatan-kesempatan kecil dilewati begitu saja, tanpa pernah berpikir bahwa mungkin di dalamnya ia memperoleh sesuatu yang berharga. Tidak jarang orang orang seperti itu menelan pil pahit karena akhirnya tidak mendapatkan apa-apa.

Demikian juga dengan seseorang yang mengidamkan pasangan hidup, yang mengharapkan seorang gadis cantik atau perjaka tampan yang alim, baik, pintar dan sempurna lahir dan batin, harus puas dengan tidak menemukan siapa-siapa.