Kamis, 10 September 2009

Penghuni syurga

Rasulullah SAW bersabda,”Maukah kalian aku beritahu tentang penghuni surga? Ia adalah orang lemah dan merendahkan diri (tawadhu). Jika ia bersumpah atas nama Allah, pasti Allah memperkenankan sumpahnya. Maukah kalian aku beritahu penghuni neraka? Mereka adalah setiap orang yang ingin diagung-agungkan, bermegah-megahan dan sombong.”(Diriwayatkan Bukhari danMuslim).

Rasulullah SAW bersabda, ”Maukah kalian aku beritahukan siapa diantara kalian yang menjadi penghuni surga? Nabi berada di surga. Orang yang jujur berada di surga. Orang syahid berada di surga. Orang yang mengunjungi saudaranya yang dipinggiran kota dan ia tidak mengunjunginya kecuali karena Allah berada di surga.

Dan wanita-wanita kalian yang menjadi penghuni surga adalah wanita-wanita yang penyayang dan melahirkan anak banyak. Jika suaminya marah atau ia sendiri marah, maka ia segera meletakkan tangannya di atas tangan suaminya lalu berkata, ”saya tidak bisa tidur nyenyak hingga hingga engkau ridha kepadaku”.

”Sesungguhnya penghuni surga ialah orang yang kedua telinganya penuh dengan pujian kebaikan dari manusia dan ia mendengar hal tersebut. Dan penghuni neraka ialah orang yang kedua telinganya penuh dengan pujian kejelekan manusia kepadanya dan ia mendengarnya.”

Dalam hadits yng lain disebutkan, ”Kalian hampir mengetahui penghuni surga dan mana penghuni neraka!” Mereka berkata ,”Bagaimana yang demikian wahai Rasulullah?” Rasulullah SAW menjawab,”Dengan pujian yang baik dan dengan pujian yang tidak baik (kutukan).” (diriwayatkan Ibnu Majah,para perwinya bisa dipercaya dan Albani meng-hasan-kan hadits tersebut dalam shahih Ibnu Majah).

”Dan barang siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugrahi nikmat oleh Allah, yaitu: Para nabi, orang-orang yang jujur, orang-orang yang gugur sebagai syuhada, dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.”(An-nisa:69)

Hidup Sungguhan

Ada hidup yang sesungguhnya dan ada yang tidak sesungguhnya dan mana yang tidak sesungguhnya? Hanya Allah lah yang mengetahuinya,karena Dialah pemilik dan pembuat hidup.

”Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidaklah kamu memahaminya?” (QS. Al Anaam : 32)

”apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan ) di akhirat hanyalah sedikit?(QS. At Taubah :38)

Allah menjelaskan kehidupan dunia hanya main-main saja. Hanya senda gurau belaka. Hanya saling pamer-pamer gengsi saja.

Kadang pamer rumahnya yang baru dibangun atau juga pamer mobilnya yang baru dibeli. Atau seringkali juga pamer keluarga, anak anak dan berbagai prestasi yang dimilkinya. Semua itu bersifat sementara.

’Yang pasti’ akan mengalami kematian dan meninggalkan semua kebanggaan yang bersifat duniawi tersebut. Rumah bagus akan ditinggalkan .Mobil mewah tidak dibawa. Bahkan istri ,suami,anak, dan segala prestasi yang membanggakan itu juga tidak bisa ikut serta. Tinggal sendirian saja menghadap Allah, Sang Maha Pencipta.

Benar dan percaya. Hanya kadang amal dan tingkah perbuatan tidak mudah untuk selaras. Apa yang digariskan ayat-ayat Allah meski tahu dan sadar berpaling juga.

Lalu allah menjelaskan bagi yang hidupnya hanya banyak untuk dunia yang memperdaya dan akibatnya.

Kesempatan menyesuaikan bagaimana seharusnya adalah sekarang.

”Barangsiapa berpaling dari peringatanKu maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia : ya Tuhanku mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal dahulunya aku adalah seorang yang melihat? Allah berfirman : Demikianlah telah datang kepadamu ayat-ayat Kami. Maka kamu melupakannya, dan begitupula, pada hari kiamat ini kamupun dilupakan.” (QS. Thaahaa : 124-126)

Orang - orang yang Didoakan oleh Malaikat

Orang yang tidur dalam keadaan bersuci. Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa 'Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci'" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)
Orang yang duduk menunggu shalat. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya 'Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia'" (Shahih Muslim no. 469)
Orang - orang yang berada di shaf bagian depan di dalam shalat. Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra' bin 'Azib ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang - orang) yang berada pada shaf - shaf terdepan" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)
Orang - orang yang menyambung shaf (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalm shaf). Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang - orang yang menyambung shaf - shaf" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)
Para malaikat mengucapkan 'Amin' ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah. Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Jika seorang Imam membaca 'ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaalinn', maka ucapkanlah oleh kalian 'aamiin', karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu" (Shahih Bukhari no. 782)
Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat akan selalu bershalawat kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, 'Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia'" (Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)
Orang - orang yang melakukan shalat shubuh dan 'ashar secara berjama'ah. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat 'ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat 'ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, 'Bagaimana kalian meninggalkan hambaku ?', mereka menjawab, 'Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat'" (Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)
Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda' ra., bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, "Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata 'aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan'" (Shahih Muslim no. 2733)
Orang - orang yang berinfak. Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, 'Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak'. Dan lainnya berkata, 'Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit'" (Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)
Orang yang makan sahur. Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang - orang yang makan sahur" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)
Orang yang menjenguk orang sakit. Imam Ahmad meriwayatkan dari 'Ali bin Abi Thalib ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh" (Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, "Sanadnya shahih")
Seseorang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain" (dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)

Disarikan dari Buku Orang - orang yang Didoakan Malaikat, Syaikh Fadhl Ilahi, Pustaka Ibnu Katsir, Bogor, Cetakan Pertama, Februari 2005

Hikmah I'tikaaf ...Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas...

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan: "Kebaikan hati dan kelurusannya dalam menempuh jalan Allah tergantung pada totalitasnya berbuat karena Allah, dan kebulatannya secara total hanya tertuju kepada Allah Azza wa Jalla. Ketercerai-beraian hati tidak bisa disatukan kecuali oleh langkah menuju Allah Azza wa Jalla. Berlebih-lebihan dalam makan, minum, pergaulan dengan manusia, pembicaraan yang banyak dan kelebihan tidur, hanya menambah ketercerai-beraian hati serta terserak di setiap tempat, memutusnya dari jalan menuju Allah, atau melemahkan, merintangi, atau menghentikannya dari hubungan kepada Allah.

Adanya rahmat Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang kepada hamba-hamba-Nya menuntut disyari'atkannya puasa bagi mereka yang dapat menyingkirkan ketamak-an hati dari gejolak hawa nafsu yang menjadi perintang bagi perjalanan menuju Allah. Dia mensyari'atkan puasa sesuai dengan kemaslahatan, dimana akan memberi manfaat kepada hamba-Nya di dunia dan akhirat, serta tidak mencelakakannya dan juga tidak memutuskan dirinya dari kepentingan du-niawi dan ukhrawinya.

Allah Azza wa Jalla juga mensyari'atkan i'tikaaf bagi mereka, yang maksud dan ruhnya adalah keteguhan hati kepada Allah Azza wa Jalla semata serta kebulatannya hanya kepada-Nya, berkhulwat kepada-Nya, dan memutuskan diri dari kesibukan duniawi, serta hanya menyibukkan diri beribadah kepada Allah Azza wa Jalla semata. Di mana, dia menempatkan dzikir, cinta, dan menghadapkan wajah kepada-Nya di dalam keinginan dan lintasan-lintasan hati, sehingga semua itu menguasai perhatiannya.

Selanjutnya, keinginan dan detak hati hanya tertuju kepada dzikir kepada-Nya serta tafakkur untuk mendapatkan keridhaan-Nya serta mengerjakan apa yang mendekatkan diri kepada-Nya, sehingga keakrabannya hanya kepada Allah, sebagai ganti dari ke-akrabannya terhadap manusia. Sehingga ia siap dengan bekal akrabnya kepada Allah pada hari yang menakutkan di dalam kubur, saat di mana dia tidak mempunyai teman akrab. Dan tidak ada sesuatu yang dapat menyenangkan, selain Dia. Itulah maksud dari i'tikaaf yang agung."

[Zaadul Ma'ad (II/86-87), cet. XXV thn. 1412 Muassasah ar-Risalah tahqiq dan takhrij Syu'aib al-'Arnauth dan Abdul Qadir al-'Arnauth.]

[Disalin dari buku Itikaaf oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka Abdullah, Cetakan Ramadhan 1425H/Oktober 2004M]

Tangis Ummu Aiman

Dari Anas ra, katanya: "Abu Bakar berkata kepada Umar ra sesudah wafatnya
Rasulullah SAW:"Mari kita bersama-sama berangkat ke tempat Ummu Aiman
untuk menziarahinya, sebagaimana halnya Rasulullah SAW juga menziarahinya."
Ketika keduanya sampai di tempat Ummu Aiman, lalu wanita ini
menangis. Keduanya berkata: "Apakah yang menyebabkan engkau menangis? Tidakkah engkau ketahui bahwasanya apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik untuk Rasulullah SAW"
Ummu Aiman lalu menjawab: "Sesungguhnya saya tidaklah menangis karena saya tidak mengetahui bahwasanya apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik untuk Rasulullah SAW,
tetapi saya menangis ini ialah karena sesungguhnya wahyu itu telah terputus - sebab Nabi SAW telah wafat." Maka ucapan Ummu Aiman menggerakkan hati kedua sahabat itu untuk menangis. Kemudian keduanya itupun menangis bersama Ummu Aiman.
Dalam kesempatan ini aku (Syaikh Husain) berkata:
Wahai Ummu Aiman, engkau menangis sedang kami
Bermain dan berkelakar tanpa tahu budi pekerti
Engkau belum menyaksikan pemalsuan hadits ataupun kedustaan
Engkau belum menyaksikan alat-alat musik dan nyanyian
Engkau belum menyaksikan pesta khamr dan zina
Engkau belum melihat kami ketika kebinasaan menerpa
Kalau engkau belum mati, nisaya engkau akan melihat keanehan bersama kami
Engkau belum tahu perbuatan musuh dan bala tentara mereka
Inilah kami, bertekuk lutut kepada bangsa Yahudi
Dan ketika menjadi panas karena persatuan kami terkoyak
Perkara-perkara membuat umatku seperti orang-orang yang bermain
Demi Allah, tidaklah jalan yang kami lalai mengenal tangisan
Kalaupun berpura-pura menangis tiada bisa menghubungkan ataupun mengaitkan


Sumber: Terputusnya Wahyu dari Langit oleh Syaikh Husain al-Awayisyah hal. 130-131)
dari ruwaibah ra. berkata," aku mendengar Rasululloh saw bersabda :tidaklah masuk neraka orang yang mengerjakan sholat sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya, yakni sholat subuh dan sholat ashar". [HR. Muslim]