Minggu, 18 Oktober 2009

RASA KASIH TERLIHAT DALAM MATA

Sore itu adalah sore yang sangat dingin di Virginia bagian utara, berpuluh-puluh tahun yang
lalu. Janggut si orang tua dilapisi es musim dingin selagi ia menunggu tumpangan
menyeberangi sungai. Penantiannya seakan tak berakhir. Tubuhnya menjadi mati rasa dan
kaku akibat angin utara yang dingin.
Samar-samar ia mendengar irama teratur hentakan kaki kuda yang berlari mendekat di atas
jalan yang beku itu. Dengan gelisah iamengawasi beberapa penunggang kuda memutari
tikungan.
Ia membiarkan beberapa kuda lewat, tanpa berusaha untuk menarik perhatian. Lalu, satu lagi
lewat, dan satu lagi. Akhirnya, penunggang kuda yang terakhir mendekati tempat si orang tua
yang duduk seperti patung salju.
Saat yang satu ini mendekat, si orang tua menangkap mata si penunggang...dan ia pun berkata,
"Tuan, maukah anda memberikan tumpangan pada orang tua ini ke seberang ? Kelihatannya
tak ada jalan untuk berjalan kaki."
Sambil menghentikan kudanya, si penunggang menjawab, "Tentu. Naiklah." Melihat si orang
tua tak mampu mengangkat tubuhnya yang setengah membeku dari atas tanah, si penunggang
kuda turun dan menolongnya naik ke atas kuda.
Si penunggang membawa si orang tua itu bukan hanya ke seberang sungai, tapi terus ke
tempat tujuannya, yang hanya berjarak beberapa kilometer. Selagi mereka mendekati pondok
kecil yang nyaman, rasa ingin tahu si penunggang kuda atas sesuatu, mendorongnya untuk
bertanya,
"Pak, saya lihat tadi bapak membiarkan penunggang2 kuda lain lewat, tanpa berusaha meminta
tumpangan. Saya ingin tahu kenapa pada malam musim dingin seperti ini Bapak mau menunggu
dan minta tolong pada penunggang terakhir. Bagaimana kalau saya tadi menolak dan
meninggalkan bapak di sana?"
Si orang tua menurunkan tubuhnya perlahan dari kuda, memandang langsung mata si
penunggang kuda dan menjawab, "Saya sudah lama tinggal di daerah ini. Saya rasa saya cukup
kenal dengan orang."
Si orang tua melanjutkan, "Saya memandang mata penunggang yang lain, dan langsung tahu
bahwa di situ tidak ada perhatian pada keadaan saya. Pasti percuma saja saya minta
tumpangan.
Tapi waktu saya melihat matamu, kebaikan hati dan rasa kasihmu terasa jelas ada pada
dirimu. Saya tahu saat itu juga bahwa jiwamu yang lembut akan menyambut kesempatan
untuk memberi saya pertolongan pada saat saya membutuhkannya."
Komentar yang menghangatkan hati itu menyentuh si penunggang kuda dengan dalam. "Saya
berterima kasih sekali atas perkataan bapak", ia berkata pada si orang tua. "Mudah-mudahan
saya tidak akan terlalu sibuk mengurus masalah saya sendiri hingga saya gagal menanggapi
kebutuhan orang lain.."
Seraya berkata demikian, Thomas Jefferson, si penunggang kuda itu, memutar kudanya dan
melanjutkan perjalanannya menuju ke Gedung Putih.
The Sower's Seeds - Brian Cavanaugh.
Kau tak akan pernah tahu kapan kau akan memerlukan orang lain, atau kapan seseorang
memerlukanmu. Kebijakan dari seluruh hidupmu melukis sebuah citra dimatamu, yang
membantu orang lain melihat, menemukan pertolongan yang ia butuhkan, dan bahwa masih ada
keutamaan lain di dunia ini dari pada sekedar peduli dengan dirimu sendiri, yaitu
kepedulianmu pada orang lain, sahabatmu atau benar-benar orang lain.
Maka bila ada sahabat atau seseorang memerlukan perhatian atau bantuanmu, atau meminta
maaf atas satu kesalahan, itu karena ia menghormati dan menghargai kebaikan yang pasti ada
dalam jiwamu. Kau dapat menghormati juga permintaan itu, atau kau meninggalkannya di
tengah jalan sendirian.

DI JALAN MANA ANDA MENIKAH...??

Kupeluk ia dengan sepenuh-penuh rindu
Namun terobatikah rindu setelah itu?
Kukecup bibirnya demi melepaskan tuntutan gejolak hati
Namun ia semakin menjadi-jadi
Sepertinya kegelisahan jiwa tak bisa terobati
Kecuali jika kedua nyawa ini bertemu (dalam ikatan suci)
"Ibnu Ar Rumi"
Yang terpenting dari setiap perbuatan ialah niatnya, "Bahwasanya semua amal itu tergantung niatnya, dan bahwasanya apa yang diperoleh oleh seseorang adalah sesuai dengan apa yang diniatkannya..." (HR. Bukhari dan Muslim). Kalau niat anda bukan untuk beribadah kepada Allah dan untuk menegakkan syari'at Islam berdasarkan Al Qur'an dan Sunnah Rasulullah, berhentilah membaca dan temukan dahulu niat yang tulus ikhlas tersebut !!!
"Tidaklah Rasulullah saw dihadapkan pada pilihan antara dua hal, kecuali beliau mengambil yang lebih mudah, asalkan bukan dosa" (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah saw bersabda kepada 'Ukaf bin Wada'ah Al Hilali, " Apakah engkau telah beristri wahai 'Ukaf ?" Ia menjawab, "belum", Rasul saw bersabda , " tidakkah engkau mempunyai budak perempuan ?" Jawabnya "Tidak". Sabda beliau, "bukankah engkau sehat lagi berkemampuan?" Jawab 'Ukaf, " Ya, Alhamdulillah ". Maka beliau bersabda: " Kalau begitu engkau termasuk teman setan. Karena engkau mungkin termasuk pendeta Nasrani, lantaran itu berarti engkau termasuk dalam golongan mereka . Atau mungkin engkau termasuk golongan kami, lantaran itu hendaknya engkau berbuat seperti yang menjadi kebiasaan kami, karena kebiasaan kami adalah beristri. Orang yang paling durhaka di antara kalian ialah yang membujang, dan orang mati yang paling hina diantara kamu ialah kematian bujangan . Sungguh celaka kamu wahai 'Ukaf. Oleh karena itu menikahlah !"...(HR. Ibnu Atsir dan Ibnu Hajar)
" Barang siapa telah mempunyai kemampuan untuk menikah kemudian ia tidak menikah maka dia bukan termasuk umatku"(HR. Thabrani dan Baihaqi)
Al Hafizh Ibnu Hajar berkata" Para ulama membagi orang dalam perkawinan menjadi beberapa macam. Pertama orang yang sudah berkeinginan untuk menikah dan mampu membiayai kehidupan serta merasa khawatir terhadap dirinya (akan terjerumus ke dalam perbuatan tercela jika tidak menikah), maka orang ini dianjurkan (disunnahkan) untuk menikah menurut semua ulama, dan dari madzhab Hambali dalam salah satu riwayat menambahkan bahwa dia wajib menikah".
"Dan nikahkanlah orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak nikah di antara hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karuniaNya, dan Allah Maha Luas pemberianNya lagi Maha Mengetahui" (An Nur: 32)
"Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa" (Al An'am: 153)
Jika ingin mendapat pasangan yang baik, jadikan diri baik terlebih dahulu. Jika ingin mendapatkan istri yang salehah, jadikan diri anda saleh terlebih dahulu, dan sebaliknya. Bagaimana anda menuntut istri anda sekualitas Fatimah, sedangkan anda sendiri tidak sekapasitas Ali ? Bagaimana mungkin anda berharap istri anda setabah Sarah dan Hajar, sedangkan anda tidak sekokoh Ibrahim as ?
"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita yang kaji (pula). Dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)" (An Nur: 26)
Persiapan-persiapanya :
Jika anda laki-laki, ada kesiapan dalam diri anda untuk bertindak sebagai qawam dalam RT, berfungsi sebagai bapak bagi anak-anak yang akan lahir nantinya, bisa menanggung segala beban-beban yang disebabkan oleh karena posisi anda sebagai suami dan bapak, mampu memberikan kepuasan optimal kepada istrinya dalam hak istimta' ."Dan kalian wajib memberikan nafkah kepada mereka (istri-istri) dan memberi pakaian secara ma'ruf" (HR Muslim), mampu menyandang status sosial yang tadinya lajang dia masih menjadi bagian dari keluarga orang tuanya, setelah menikah mereka mulai dihitung sebagai keluarga tersendiri, dan masih banyak yang lainnya.
Jika anda perempuan, ada kesiapan untuk membuka ruang baru bagi intervensi seorang mitra bernama suami, kesiapan untuk mengurangi sebagian otoritas atas dirinya sendiri lantaran tunduk pada prinsip syura dan ketaatan pada suami, kesiapan untuk hamil, melahirkan dan menyusui. Siap menanggung beban-beban baru yang muncul akibat hadirnya anak, dan masih banyak yang lainnya.
"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan sesuatu. Dan berbuat baiklah terhadap orang tua, kerabat-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan dirinya (An Nisa: 36)
Yaa Allah, sesungguhnya hambaMu ini memohon kepadaMu dengan IlmuMu pilihan yang paling tepat, hambamu ini memohon kekuatan kepadaMu dengan ke Maha KekuasaanMu, hambaMu memohon KaruniaMu yang besar. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa, sedangkan hambaMu ini tidak kuasa, Engkau Maha Mengetahui sedangkan hambaMu ini tidak mengetahui, dan Engkau yang mengetahui perkara yang Ghaib
Yaa Allah, apabila Engkau mengetahui apabila perkara ini baik bagi agama hamba-hambaMu, dan baik akibatnya bagi diri hamba-hambaMu ini di dunia maupun di akhirat, maka tetapkanlah dan mudahkanlah. Sesungguhnya apabila Engkau mengetahui bahwa perkara ini buruk bagi agama hamba-hambaMu, dan buruk akibatnya bagi hamba-hambaMu ini di dunia maupun di akhirat, maka jauhkanlah perkara ini dari hamba-hambaMu dan jauhkanlah diri hamba-hambaMu ini darinya. Tetapkanlah kebaikan untuk hamba-hambaMu dimanapun hamba-hambaMu ini berada, dan jadikanlah hamba-hambaMu ini ridha menerimanya... (HR. Bukhari)
Untuk para muslim dan muslimah yang belum berkeluarga. Ingat ! Menikah itu sunnah Rasulullah, jika engkau miskin Allah akan memampukanmu dengan karuniaNya.

Kelalaian yang membinasakan

Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi dan rasul yang paling mulia Muhammad saw

Wa ba'd:
Allah berfirman: Telah dekat kepada manusia hari perhitungan segala amal mereka, sedang mereka ada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya) (Al-Anbiya': 1)

Orang yang memperhatikan keadaan manusia pada zaman sekarang ini akan dapat melihat betapa tepatnya ayat ini dengan kenyataan yang ada. Mereka berpaling dari minhaj Allah serta lalai dari urusan akhirat dan tujuan mereka diciptakan. Mereka merasa seolah-olah tidak diciptakan untuk beribadah, melainkan untuk bersenang-senang mengikuti hawa nafsunya. Mereka berfikir tentang dunia, mereka mencintai karena dunia, dan meraka bekerja demi dunia. Mereka saling bersaing, bermusuhan bahkan saling membunuh hanya karena dunia.

Itu semua telah menyebabkan mereka meremehkan dan mengabaikan perintah-perintah Rabbnya. Bahkan sebagian mereka ada yang sudah berencana untuk meninggalkan shalat atau menunda hingga akhir waktu karena ada urusan pekerjaan atau menyaksikan pertandingan, atau karena janji dan lain sebagainya.!!

Segala sesuatu dalam hidup ini memiliki porsi di hati mereka. Pekerjaan, perdagangan, olahraga, perjalanan, film-film, sinetron, lagu dan musik, makan, minum, tidur, dan semuanya memiliki tempat tersendiri dalam hatinya kecuali Al-Qur'an dan perintah-perintah agama.

Engkau lihat bahwa salah seorang dari mereka begitu cerdas dan pandai dalam perkara dunia, akan tetapi si cerdas yang miskin ini tidak dapat mengambil manfaat dari kepandaian dan kecerdasannya itu pada perkara yang bermanfaat baginya di akhirat kelak. Kepandaiannya tidak menuntunnya menuju jalan hidayah dan istiqamah di atas agama Allah yang padahal di sanalah dia akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Sungguh inilah bentuk terhalangnya seseorang dari merasakan kebahagian hakiki.
Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai. (Ar-Rum: 7)

Kita katakan kepada mereka yang senantiasa tenggelam dalam kezhaliman, dosa, dan kemaksiatan bahwa mereka ini boleh jadi tidak mempercayai adanya neraka, atau meyakini bahwa neraka diciptakan untuk selain mereka. Mereka telah lupa akan hari perhitungan dan hari pembalasan dan mereka pura-pura buta akan apa yang terpampang di hadapan mata berupa kedahsyatan, kesulitan dan kengeriannya.
Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan) (Al-Hijr: 72)

Mereka sibuk mengurusi kenyamanan dan kebahagian fisik mereka di dunia yang fana dan mereka mengabaikan kebahagiaan dan kenyamanan di akhirat yang kekal selamanya. Betapa semangatnya mereka mengejar harta. Betapa seriusnya mereka dalam bekerja. Dan betapa telatennya mereka memperhatikan kesehatan tubuhnya. Akan tetapi, mempelajari urusan agama, memahami, mengamalkan, dan berpedoman padanya adalah perkara yang paling akhir yang dipikirkannya. Itupun kalau mereka masih punya sisa waktu dari kesibukannya mengejar dunia.

Waktu mereka habis tanpa faidah. Bahkan mayoritasnya dihabiskan pada hal yang diharamkan dan melanggar yang diwajibkan. Mereka melakukannya dengan dalih mencari kesenangan dan kebahagiaan. Padahal apa yang mereka lakukan ini sama sekali tidak akan mengantarkan melainkan kepada kesengsaraan. Sadar atau tidakkah mereka itu dengan firman Allah swt: Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. (Thaha: 124)

Sampai-sampai keadaan umumnya mereka seperti yang dikatakan oleh seorang penyair:
Siangmu kau habiskan dalam kelalaian wahai orang yang tertipu
Dan malammu kau habiskan untuk tidur di dalam selimutmu
Engkau sibuk dengan hal-hal yang tidak akan akan engkau sukai akibatnya
Dan di dunia, engkau hidup tak ubahnya seperti binatang

Kesadaran mereka akan dosa telah mati dan kesadaran mereka akan segala kekurangan pun telah tiada. Sampai-sampai mereka mengira sedang berada di atas kebaikan, bahkan tidak terlintas sedikitpun di benaknya betapa minimnya dia menunaikan kewajiban. Hanya semata-mata menjaga pokok agama dan shalat, mereka merasa telah berada dalam kabaikan yang besar. Mereka mengira telah menghimpun Islam dan surga menanti kehadirannya di ujung sana. Mereka telah melupakan ratusan bahkan ribuan dosa dan maksiat yang dilakukan siang dan petang. Ghibah, dusta, melihat yang haram, makan yang haram, mencukur janggut, isbal, dan kamaksiatan lainnya yang mereka anggap remeh telah mereka lupakan. Mereka menyangka itu semua tidaklah berbahaya dan tidak akan menjerumuskan mereka ke dalam kerugian dan kebinasaan di dunia dan di akhirat.

Tidakkah mereka sadar akan sabda Nabi saw: Waspadalah kalian terhadap dosa-dosa kecil. Sesungguhnya dosa kecil itu apabila telah terkumpul maka akan membinasakan pelakunya

Ditambah dengan dosa-dosa besar bahkan termasuk yang paling besar seperti riba, zina, liwath, suap, dan semisalnya. Tidakkah mereka sadar?!

Sungguh mengherankan! Tidakkah mereka bosan dengan hidup seperti itu? Tidakkah mereka bertanya kepada diri sendiri, apa yang ada di akhir hidup nanti? Apakah yang ada setelah kelezatan dan tenggelam dalam syahwat ini? Apakah mereka lalai dengan apa yang ada di balik itu semua…. Apakah mereka lalai akan kematian, perhitungan, qubur, shirat, neraka dan adzab? Tidakkah terbayang oleh mereka kengerian dan kedahsyatan itu semua? Telah lenyap kelezatan dan tersisalah akibat yang menyakitkan. Tenggelam dalam syahwat mewariskan penyesalan dan kerugian yang mendalam. Kesenangan yang sedikit namun membuahkan adzab yang pedih serta ratapan di dasar Jahannam. Adakah orang berakal yang mau mengambil pelajaran?! Adakah dia yang mau mentadabburi dan beramal untuk tujuan apa dia diciptakan dan mempersiapkan diri dengan apa yang akan disongsong di depan?!!

Gemerlapnya dunia dan mudahnya mencari kesenangan dunia telah membuat buta mata mereka yang miskin dan terbuai dalam kelalaian ini. Sungguh mereka akan sangat menyesal dengan sebenar-benarnya penyesalan apabila terus menerus dalam kelaian, tenggelam dalam permainan dan senda gauraunya ini. Mereka tidak akan sanggup untuk bangun dari kelalaian itu dan tidak akan bertaubat kepada rabbnya Yang Mahatinggi.
Allah berfirman tentang mereka itu: Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka). (Al-Hijr: 3)
Yakni biarkan mereka hidup seperti binatang yang tidak memikirkan apa-apa kecuali makan, minum, pakaian, dan mencari pasangan. Belum tibakah saatnya bagi setiap muslim untuk mengetahui hakikat hidup dan untuk tujuan apa dia diciptakan?

Saudaraku yang membaca tulisan ini! Diamlah sejenak bersama tulisan ini. Introspeksi dirilah, Tanya pada dirimu dan lihat bagaimana engkau dalam kehidupan ini. Apakah dirimu seperti mereka yang lalai dan tenggelam dalam permaianan dan senda gurau itu atau tidak? Apakah engkau telah berada di atas jalan yang benar yang akan mengantarkanmu kepada keridlaan Allah dan surga-Nya yang penuh kenikmatan? Atau apakah engkau mencari jalan yang sesuai dengan ambisi dan syahwatmu meskipun di dalamnya mengandung kesengsaraan dan kebinasaan? Lihatlah dua jalan ini wahai saudaraku. Sungguh ini bukanlah perkara yang remeh. Demi Allah ini adalah perkara yang besar dan perlu keseriusan. Saya yakin bahwa tidak ada yang lebih berharga di sisimu dari dirimu sendiri, maka bersungguh-sungguhlah untuk menyelamatkannya dari neraka dan murka Allah yang keras siksa-Nya.

Lihatlah saudaraku bagaimana engkau menyikapi perintah Allah dan Rasul-Nya saw? Apakah engkau mengamalkan dan merealisasikannya dalam kehidupan atau engkau mengabaikannya dan hanya mengambil sebagian yang sesuai dengan ambisi dan nafsumu semata?

Agama ini tidak bisa dipecah-pecah. Iltizam(berpegang) pada sebagian urusannya dan meninggalkan yang lainnya dianggap sebagai penghinaan, meremehkan, dan mempermainkan perintah Allah swt. Sangatlah tidak layak bagi seorang muslim untuk berbuat demikian. Sungguh Allah telah melarang hal itu dan mengancam pelakunya dengan adzab yang pedih.
Apakah kamu beriman kepada sebagian Al-Kitab dan ingkar terhadap sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan di dunia dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang amat berat. (Al-Baqarah: 85)

Muslim yang sejati waktunya habis untuk beribadah. Agama baginya bukanlah hanya sekedar simbol ibadah. Ditunaikan kemudian hidup dalam kehidupan yang tanpa agama dan tanpa ibadah. Yakni kehidupan dengan makanan yang haram, minum yang haram, mendengar yang haram, melihat yang haram, bicara yang haram, dan berbuat yang haram!! Sungguh mereka yang berbuat demikian berarti tidak faham hakikat Islam yang di emban dan dia dambakan.

Saudaraku! Wahai yang tenggelam dalam kemaksiatan, sampai kapankah kelalaian ini akan berlangsung? Sampai kapankah engkau berpaling dari Allah? Tidakkah tiba saatnya engkau bangun dan bangkit dari kelalaian ini? Belum tibakah saatnya hati yang keras ini menjadi lunak dan khusyu' kepada rabb semesta alam?
Belum datangkah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka). (Al-Hadid: 16)

Segeralah bertaubat dan semangatlah! Tidakkah engkau ingin menjadi bagian dari kelompok orang-orang yang bertaubat? Tidakkah engkau menginginkan apa yang mereka inginkan? Apakah engkau merasa lebih kaya dan tidak butuh kepada apa yang mereka dambakan berupa pahala di sisi Allah? Apakah mereka takut kepada Allah sementara engkau merasa kuat sehingga tidak takut kepada-Nya?

Tidakkah engkau menginginkan surga saudaraku? Bayangkanlah engkau bisa melihat wajah Rabbmu Yang Mulia di surga. Bayangkanlah engkau bisa berjabat tangan dengan makhluk yang paling mulia Muhammad saw, engkau menciumnya, dan duduk bersamanya serta bersama para nabi dan shahabat lainnya di surga. Allah berfirman: Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama orang yang dianugrahi nikmat oleh Allah yaitu para nabi, shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shaleh. (An-Nisa: 69)

Bayangkanlah dirimu ada dalam puncak kebahagianan di surga 'Adn yang mengalir di bahwanya sungai air, sungai susu, dan sungai madu, serta bidadari berparas ayu nan cantik jelita bagaikan mutiara. Di dalamnya engkau bisa mendapatkan apa yang engkau inginkan. Bayangkanlah semuanya ini, surga yang luasnya seluas langit dan bumi.

Kemudian bayangkanlah juga olehmu neraka, panasnya, luasnya, dalamnya, kedahsyatan dan kengeriannya. Adzab yang diderita oleh penghuninya berlangsung terus tanpa henti.
Setiap kali mereka hendak ke luar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya. (kepada mereka dikatakan): 'Rasakanlah adzab yang membakar ini.' (Al-hajj: 22)

Bayangkanlah semua itu mudah-mudahan akan membantumu untuk segera bertaubat kembali kepada Allah. Demi Allah, engkau selamaya tidak akan pernah menyesal karena taubat. Bahkan engkau akan mendapatkan kebahagiaan dengan izin Allah di dunia dan di akhirat dengan kebahagian yang sebenarnya. Berusahalah mulai hari ini untuk menempuh jalan tersebut dan janganlah menyerah. Bukankah engkau senanitasa membaca dalam shalatmu: Tunjukilah kami ke jalan yang lurus. (Al-Fatihah: 6)?
Maka selama engkau menghendaki jalan yang lurus, mengapa engkau tidak menempuh dan menelusurinya!!

Saudaraku hati-hatilah kalian jangan sampai tertipu oleh dunia dan condong kepadanya. Hati-hatilah engkau untuk menjadikan dunia sebagai cita-cita dan tujuan hidupmu. Sungguh setiap kali engkau melewati detik demi detik dari hidupmu ini dan engkau merasakan kenikmatannya, berarti engkau pergi meninggalkannya. Maka sangatlah disesalkan apabila kematian datang menjemputmu sementara engkau belum sempat bertaubat.

Sangatlah disayangkan ketika engkau diseru untuk betaubat engkau tidak menyahutnya. Jadilah engkau orang yang cerdas yang bisa berfikir dan beramal untuk apa yang akan dihadapi. Di depanmu telah menanti kematian dan sakaratnya, qubur dan kegelapannya, padang mahsyar berikut kedahsyatannnya. Engkau akan berdiri dihadapan Allah dan akan ditanya tentang apa yang telah engkau kerjakan, baik kecil ataupun besar. Maka persiapkanlah jawaban untuk itu
Maka demi Tuhanmu, Kami akan menanyai mereka semua, tentang apa yang mereka kerjakan dahulu. (Al-Hijr: 92-93)

Demi Allah, tidaklah pantas sama sekali bagi seorang yang berakal untuk bermain-main dalam kesia-sian di dunia ini serta bermaksiat kepada Allah swt. Sungguh tidaklah pantas bagi yang berakal melakukan semua itu sementara di hadapannya telah menanti kengerian dan kedahsyatan siksa Allah. Sungguh merupakan kesempatan besar yang Allah karuniakan kepadamu dengan hidupnya engkau sampai detik ini. Allah masih memberikan kesempatan untuk bertaubat dan kembali kepada-Nya. Maka pujilah Allah karenanya. Janganlah engkau sia-siakan kesempatan yang ada. Segeralah bertaubat selama engkau masih hidup dan selama kematian belum datang menjemput. Ingatlah mereka yang telah keluar dari dunia karena engkaupun akan keluar dari dunia ini juga. Akan tetapi engkau sekarang masih berada di negeri amalan dan masih punya kesempatan bertaubat dan beramal. Adapun mereka, mayoritas mereka sangat berharap untuk bisa bertaubat dan kembali kepada Allah akan tetapi keadaan mereka mengatakan:
Alangkah besarnya penyesalan kami terhadap kelalaian kami tentang kiamat itu, sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. (Al-An'am: 31)

Maka hati-hatilah jangan sampai berbuat kesalahan sehingga engkau akan menyesal pada hari di mana tidak bermanfaat lagi penyesalan. Selamatkanlah dirimu dari neraka selama kesempatan itu masih ada di tanganmu dan sebelum engkau berkata:
Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku bisa berbuat amal shalih terhadap apa yang telah aku tinggalkan. (Al-Mu'minun: 100)

Dan saat itu keinginanmu tersebut tidak Allah kabulkan sama sekali.

Menjaga Pandangan

Satu hal yang hendaknya dicamkan benar-benar oleh setiap hamba Allah adalah bahwa Allah Azza wa Jalla itu ghafururrahiim. Dia adalah satu-satunya Zat yang mempunyai samudera ampunan dan kasih sayang yang Mahaluas. Tak ada dosa sebesar apapun yang tidak tenggelam dalam samudera ampunan dan rahmat kasih sayang-Nya, sejauh tidak menyekutukan-Nya.

Pantaslah Syaikh Ibnu Athoillah di dalam kitabnya yang terkenal, Al Hikam, menasehatkan, "Jika terlanjur berbuat dosa maka janganlah hal itu sampai menyebabkan patah hatimu untuk mendapatkan istiqamah kepada Tuhanmu. Sebab, kemungkinan yang demikian itu sebagai dosa terakhir yang telah ditaqdirkan bagimu."

Hati yang sakit, atau bahkan mati, disebabkan oleh noktah-noktah dosa yang bertambah dari waktu ke waktu karena amal perbuatan yang kurang terpelihara, sehingga menjadikannya hitam legam dan berkarat. Akan tetapi, bagaimana pun kondisi hati kita saat ini, tak tertutup peluang untuk sembuh, sehingga menjadi hati yang sehat sekiranya kita berjuang sekuat-kuatnya untuk mengobatinya. Ada empat virus perusak hati yang harus kita waspadai agar hati yang sakit atau mati dapat disembuhkan. Sementara hati yang sudah sehat pun dapat terawat dan terpelihara kebeningannya. Mudah-mudahan dengan mewaspadai keempat hal tersebut Allah Azza wa Jalla menolong kita.

Salah satunya yang membuat hati ini semakin membusuk, kotor dan keras membatu adalah tidak pandainya kita menahan pandangan. Barang siapa yang ketika di dunia ini tidak mahir menahan pandangan, gemar melihat hal-hal yang diharamkan Allah, maka jangan terlalu berharap dapat memiliki hati yang bersih. Umar bin Khattab pernah berkata, "Lebih baik aku berjalan di belakang singa daripada berjalan di belakang wanita." Orang-orang yang sengaja mengobral pandangannya terhadap hal-hal yang tidak hak bagi dirinya, tidak usah heran kalau hatinya lambat laun akan semakin keras membatu dan nikmat iman pun akan semakin hilang manisnya.

Sebenarnya bukan hanya mengumbar pandangan terhadap lawan jenisnya, melainkan juga orang yang matanya selalu melihat dunia ini. Melihat sesuatu yang tidak ia miliki : rumah orang lain yang lebih mewah, mobil orang lain yang lebih bagus, atau uang orang lain yang lebih banyak. Hatinya lebih bergejolak memikirkan hal-hal yang tidak dimilikinya daripada menikmati apa-apa yang dimilikinya..

Karenanya kunci bagi orang yang memiliki hati yang bening adalah tundukkan pandangan! Mendapati lawan jenis yang bukan muhrim, cepat-cepatlah tundukkan pandangan. Kalau melihat dunia jangan sekali-kali melihat ke atas. Akan capek kita jadinya, karena rizki yang telah menjadi hak kita tidak akan kita dapatkan. Lebih baik lihatlah ke bawah. Tengoklah orang yang lebih fakir dan lebih menderita daripada kita. Lihatlah orang yang jauh lebih sederhana hidupnya. Semakin sering melihat ke bawah, subhanallah, hati ini akan semakin dipenuhi oleh rasa syukur dibanding dengan orang yang suka menengadah ke atas.

Kalaupun kita akan melihat ke atas, tancapkan pandangan kita ke yang Mahaatas sekaligus, yakni kepada Zat Penguasa alam semesta. Allahu Akbar! Lihatlah Kemahakuasaan-Nya, Allah Mahakaya dan tidak pernah berkurang kekayaan-Nya walaupun selalu kita minta sampai akhir hayat. Orang yang hanya melihat ke atas dalam urusan dunia, hatinya akan cepat kotor dan hancur. Sebaliknya, kalau tunduk dalam melihat dunia dan tengadah dalam melihat keagungan serta kebesaran Allah, maka tidak bisa tidak kita akan menjadi orang yang memiliki hati bersih yang selamat.

Buya Hamka (alm) pernah berkata, "Mengapa manusia bersikap bodoh? Tidakkah engkau tatap langit yang biru dengan awan yang berarak seputih kapas? Atau engkau turuni ke lembah sehingga akan kau dapatkan air yang bening. Atau engkau bangun di malam hari, kau saksikan bintang gemintang bertaburan di langit biru dan rembulan yang tidak pernah bosan orang menatapnya. Atau engkau dengarkan suara jangkrik dan katak saling bersahutan. Sekiranya seseorang amat gemar memandang keindahan, amat senang mendengar keindahan, niscaya hatinya akan terbebas dari perbuatan keji. Karena sesungguhnya keji itu buruk, sedangkan yang buruk itu tidak akan pernah bersatu dengan keindahan."

Berbahagialah orang yang senang melihat kebaikan orang lain. Tatkala mendapatkan seseorang tidak baik kelakuannya, ia segera mahfum bahwa manusia itu bukanlah malaikat. Di balik segala kekurangan yang dimilikinya pasti ada kebaikannya. Perhatikanlah kebaikannya itu sehingga akan tumbuh rasa kasih sayang di hati. Mendengar seseorang selalu berbicara buruk dan menyakitkan, segera mahfum. Siapa tahu sekarang ia berbicara buruk, namun besok lusa berubah menjadi berbicara baik. Karenanya, dengan mendengarkan kata-kata yang baik-baiknya saja, niscaya akan tumbuh rasa kasih sayang di hati.

Jalaluddin Rumi pernah berkata, "Orang yang begitu senang dan nikmat melihat dan menyebut-nyebut kebaikan orang lain bagaikan hidup di sebuah taman yang indah. Ke sini anggrek, ke sana melati. Pokoknya kemana saja mata memandang yang nampak adalah bebungaan yang indah dan harum mewangi. Dimana-mana yang terlihat hanya keindahan. Sebaliknya, orang yang gemar melihat aib dan kejelekkan orang lain, pikirannya hanya diselimuti dengan aneka keburukan sementara hatinya hanya dikepung dengan prasangka-prasangka buruk. Karenanya, kemana pun matanya melihat, yang tampak adalah ular, kalajengking, duri, dan sebagainya. Dimana saja ia berada senantiasa tidak akan pernah dapat menikmati indahnya hidup ini."

Sungguh berbahagialah orang yang pandai memelihara pandangannya karena ia akan senantiasa merasakan nikmatnya kebeningan hati. Allah Azza wa Jalla adalah Zat Maha Pembolak-balik hati hamba-Nya. Sama sekali tidak sulit baginya untuk menolong siapapun yang merindukan hati yang bersih dan bening sekiranya ia berikhtiar sungguh-sungguh. Allahu’alaM.

Belajar Mencintai Seseorang Yg Tdk Sempurna Dgn Cara Yg Sempurna

Ketika kita bertemu orang yang tepat untuk dicintai, Ketika kita berada di tempat pada saat yang tepat, Itulah kesempatan. Ketika kita bertemu dengan seseorang yang membuatmu tertarik, Itu bukan pilihan, itu kesempatan. Bertemu dalam suatu peristiwa bukanlah pilihan, Itupun adalah kesempatan.


Bila kita memutuskan untuk mencintai orang tersebut, Bahkan dengan segala kekurangannya, Itu bukan kesempatan, itu adalah pilihan. Ketika kita memilih bersama dengan seseorang walaupun apapun yang terjadi, Itu adalah pilihan. Bahkan ketika kita menyadari bahwa masih banyak orang lain Yang lebih menarik, lebih pandai, lebih kaya daripada pasanganmu Dan tetap memilih untuk mencintainya, Itulah pilihan.


Perasaan cinta, simpatik, tertarik, Datang bagai kesempatan pada kita. Tetapi cinta sejati yang abadi adalah pilihan. Pilihan yang kita lakukan. Berbicara tentang pasangan jiwa, Adasuatu kutipan dari film yang Mungkin sangat tepat : "Nasib membawa kita bersama, tetapi tetap bergantung pada kita bagaimana membuat semuanya berhasil" Pasangan jiwa bisa benar-benar ada. Dan bahkan sangat mungkin ada seseorang Yang diciptakan hanya untukmu. Tetapi tetap berpulang padamu Untuk melakukan pilihan apakah engkau ingin Melakukan sesuatu untuk mendapatkannya, atau tidak... Kita mungkin kebetulan bertemu pasangan jiwa kita, Tetapi mencintai dan tetap bersama pasangan jiwa kita, Adalah pilihan yang harus kita lakukan. Kita ada di dunia bukan untuk mencari seseorang yang sempurna untuk dicintai TETAPI untuk belajar mencintai orang yang tidak sempurna dengan cara yang sempurna.

Karena Wanita Ingin Dimengerti

Pernah-pernik kisah kehidupan berumah tangga kadang membuat saya sedih, tapi banyak juga yang membuat saja tersenyum ketika membaca atau mendengarnya. Seperti Ibu saya. Pernah suatu ketika ayah saya sedikit marah kepada Ibu saya. Ibu saya tak mau berkomentar atau membalas dengan kemarahan serupa. Hanya saja, langsung masuk ke kamar dan menangis sejadinya. Kalau sudah begitu, ayah saya luluh juga, kemudian minta maaf karena mungkin telah berlaku kasar atau marah yang kadang hanya karena persoalan sepele saja. Untuk mereka berdua, salam cinta, semoga dirumah baik-baik saja

Ada cerita dari dosen dan juga “guru mengaji “ saya. Suatu ketika istrinya bepergian untuk urusan tertentu dan sang suaminya belum berkesempatan menemani karena alasan kesibukan. Perjalanan cukup jauh dan melelahkan. Dalam kondisi seperti itu, istrinya ingin sekali mendapatkan hiburan dari suaminya. Yah, sebuah SMS menanyakan kabarnya cukuplah. Tapi itu tidak dilakukan oleh suaminya. Dan tentu saja, istrinya bete. “Suamiku tega sekali, nggak khawatir apa dengan diriku” begitu kira-kira.

Setelah urusan selesai, pulanglah sang istri ke rumah. Mengucapkan salam lantas masuk kerumahnya. Apa yang terjadi, ternyata suaminya biasa saja. Tak mengekspresikan rasa kangennya kepada istrinya. Dan bagi istrinya, ibarat sebuah pertandingan, itu merupakan pukulan telak, kecewa..kecewa. Awalnya suaminya cuek saja. Tapi pada akhirnya dia menyadari bahwa sikapnya kurang benar. Ya, setidaknya membukakan pintu dan tersenyum sambil basa-basi menanyakan apakah perjalanannya baik-baik saja itu cukup. Tapi sayang, hal itu tak dilakukannya. Dia baru sadar ketika melihat gelagat istrinya yang lagi benar-benar BT alias butuh tatih tayang….

Ada juga kisah imajinatif yang inspiratif….tentang ayam dan bebek.

Suatu ketika sepasang pengantin baru berjalan-jalan menikmati indahnya perkampungan yang masih belum tersentuh bising dan aroma kota. Ketika mereka bercanda, tiba-tiba terdengar suara dari kejauhan “Kuek.kuek..kuek”

“Dengar sayang, ada ayam” kata istrinya

“bukan..bukan, itu suara bebek” kata suaminya.

“nggak, itu suara ayam” istrinya bersikeras.

“istriku..itu suara bebek, suara ayam itu bunyinya kukururyuuuuk, kalau bebek itu ya kuek..kuek..kuek, nah itu bebek sayang, bukan ayam “kata suaminya mencoba menjelaskan.

“Nggak, aku yakin itu suara ayam” kata istrinya

“Sayang, itu bebek, kamu ini..kamuuuuuuuu” suaminya agak kesal

seketika itu basahlah pipi istrinya, dia menangis sambil tersendu tapi tetap berkata.

“Aku yakin itu ayam, bukan bebek” masih kata istrinya.

Kemudian sang suami sadar tak mau ribut lagi dan berkata.

“Ya kamu benar sayang, itu suara ayam” kata suaminya bersamaan dengan suara dari kejauhan ..kuek..kuek..kuek..

Kadang seorang suami memang perlu bersikap demikian. Untuk sesuatu yang kecil dan sepele tak perlu terlalu diributkan. Yang terpenting adalah membangun keharmonisan rumah tangga. Pertikaian dan hancurnya rumah tangga seringkali terjadi karena kita meributkan hal-hal sepele. Maka dari itu, untuk mencegahnya kita perlu sesekali memahami isi hati seorang wanita yang kita cintai itu

Dan pada akhirnya, untuk menghormati dia, seorang wanita yang kita cintai, kita perlu bersikap bijaksana. Itu semua perlu dilakukan, seperti syair dalam lagu pop… karena wanita ingin

Sabtu, 17 Oktober 2009

Bagaimana Mengenal Alloh swt?

Jauh dari lubuk hati yang terdalam, sebenarnya udah merupakan firah dari setiap hambaNya, tanpa perlu berpikir atau belajar, bahwasanya pasti ada yang menciptakan kita. Bohong kalau enggak. Kita nggak bakalan mungkin ada dengan sendirinya, pasti ada yang menciptakan.
Nggak mungkin kan kita menciptakan diri sendiri or terjadi secara kebetulan aja. Sekalipun itu Fir’aun yang ngaku2 sebagai Tuhan, orang2 musyrik atau komunis sekalipun. Mereka tuh sombong aja. Tapi dalam hatinya pasti takut juga loh.
Katakanlah: “Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya ‘Arsy yang besar?” Mereka akan menjawab “Kepunyaan Alloh.” Katakanlah: “Maka apakah kamu tidak bertakwa?” Katakanlah: “Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Alloh.” Katakanlah: “(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?” (QS. Almu’minun: 86-89)
Hanya karena ada yang mempengaruhi, menipu, dan memalingkan, maka terpaling dan terpelantinglah mereka, sadar or not, direct or indirect. Siapa yang memalingkan? Siapa lagi kalo bukan bisikan dan rayuan maut iblis ce-es yang nggak baklan pernah rela sebelum mencari kawan sebanyak-banyaknya untuk mendampingi di neraka Alloh kelak. Apalagi kalo iman kita nggak kuat, benteng pertahanan nggak tinggi, nafsu yang mudah sekali digoyah walaupun dengan sedikit bujukan dan rayuan gombal.
Dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, sudah sangat jelas sejelas-jelasnya. Banyak ynag menguraikan tentang penciptaan langit dan bumi. Atau lihat aja langsung, bisakah matahari, bulan, bumi, bintang gemntang ada dengan sendirinya dan berada di posisinya tanpa saling bertubrukan? Tidak adakah yang mengatur pergantian siang dan malam?
Jawabannya NGGAK MUNGKIN.
Pasti ada yang menciptakan. Siapa? Siapa lagi kalo bukan Alloh subhanahu wata’ala, Rabb semesta alam.
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Alloh yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan, dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perinta-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Alloh, Maha Suci Alloh, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-a’raf:63)
Orang- orang yang menggunakan akalnya tentu nyadar dong.
“Sesungguhnya dalam pencipotaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda- tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Alloh sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (ali Imran: 190-191)
Selain itu, ketika kita berdoa, siapa coba yang mengabulkan doa kita? Apakah hanya sebatas usaha manusia aja? Nggak mungkinlah. Trus ketika ada mukjizat para nabi dan rasul, emangnya ada begitu aja? Nggak mungkinlah. Itu semua dianugerahkan Alloh. Semua itu hanyalah salah satu bukti dibandingkan berjuta, bermilyaran, bertriliun-triliun kekuasaan Alloh memenuhi alam semesta ini. Angka matematika pun nggak sanggup untuk menghitungnya. Akal kita nggak bakalan pernah sanggup untuk menjangkaunya. Mata yang punya keterbatasan untuk melihat dan telinga yang punya keterbatasan untuk mendengar.