Senin, 21 Juni 2010

Kisah segenggam garam

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang pemuda yang kelihatannya sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka sangat kusut. Pemuda itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia. Kemudian Ia menyampaikan segala keluh kesahnya pada Pak Tua. Dengan tatapan yang bijak, Pak Tua hanya mendengarkan dengan seksama, tanpa berkomentar sedikitpun.



Setelah pemuda itu selesai, Pak Tua segera mengambil segenggam garam, dan meminta

sang pemuda untuk menyiapkan segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. "Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya.", ujar Pak tua itu. "Pahit. Pahit sekali", jawab sang pemuda, sambil memuntahkan semua air yang diminumnya. Pak Tua itu, sedikit tersenyum.



Pak Tua kemudian mengajak tamunya untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Sesampainya di telaga, Pak Tua itu lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk seakan garam itu dibuatnya merata ke seluruh telaga.



"Coba ambil air dari telaga ini, dan minumlah. Setelah pemuda itu meminumnya, Pak Tua bertanya lagi, "Bagaimana rasanya?". Pemuda menjawab,"segar". "Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?", tanya Pak Tua lagi. "Tidak", jawab si pemuda.



Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si Pemuda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. "Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama.



"Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya.



Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. "Luasnya hatimu, akan menawarkan segala kepahitan yang mendatangimu. Janganlah pernah engkau menolaknya, karna kepahitan itu selalu datang untuk mendewasakanmu, menyiapkan dirimu tuk menyambut kepahitan berikutnya...

Hal2 Yang Sering Dilupakan.

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman:"Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".(24;30)


Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya.."(24;31)


Keridhaan Allah tergantung kepada keridhaan kedua orang tua dan murka Allah pun terletak pada murka kedua orang tua.(HR. Al Hakim)


Barangsiapa meniru-niru tingkah laku suatu kaum maka dia tergolong dari mereka.(HR. Ahmad dan Abu Dawud)


Tidak semestinya seorang muslim menghina dirinya. Para sahabat bertanya, "Bagaimana menghina dirinya itu, ya Rasulullah?" Nabi Saw menjawab, "Melibatkan diri dalam ujian dan cobaan yang dia tak tahan menderitanya."(HR. Ahmad dan Tirmidzi)


Tiada aku meninggalkan suatu fitnah sesudahku lebih berbahaya terhadap kaum pria daripada godaan wanita.(HR. Bukhari dan Muslim)


Tiap menjelang pagi hari dua malaikat berseru: "Celaka laki-laki dari godaan wanita dan celaka wanita dari godaan laki-laki."(HR. Ibnu Majah dan Al Hakim)


Mungkin pelampiasan nafsu syahwat sebentar berakibat kesedihan yang lama.(HR. Al-Baihaqi)


Janganlah laki-laki berduaan dengan perempuan (lain) kecuali perempuan itu didampingi mahramnya, dan janganlah seorang perempuan melakukan perjalanan (musafir) kecuali didampingi mahramnya.(HR. Muslim)


Barangsiapa berjabatan tangan dengan perempuan yang bukan mahramnya maka dia dimurkai Allah Azza wajalla.(HR.Ibnu Baabawih)


Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan perempuan (bukan mahram) karena yang ketiganya adalah syetan.(HR. Abu Dawud)


Rasulullah bersabda dengan membawakan firman Allah dalam hadits Qudsi: "Pandangan mata adalah panah beracun dari antara panah-panah Iblis. Barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada-Ku maka Aku ganti dengan keimanan yang dirasakan manis dalam hatinya.(HR. Al Hakim)


Menyukai sanjungan dan pujian membuat orang buta dan tuli.(HR. Ad-Dailami)


Rasulullah Saw bila menghadapi suatu dilema (situasi yang sukar dan membingungkan) beliau shalat.(HR. Ahmad)