Jumat, 26 Oktober 2012

15 Tanda Musuh Dalam Selimut

Oleh: The_Stir | Healthy Living

Musuh dalam selimut — ini adalah kata yang konyol untuk situasi yang serius. Bayangkan seseorang yang Anda sayangi dan percayai ternyata mengkhianati Anda. Tentunya dia akan memasang topeng sahabat di dekat Anda, tapi di balik itu dia menatap Anda dengan kebencian.

Sangat tidak menyenangkan dibenci seseorang, tapi dibenci oleh orang yang kita percayai, itu adalah mimpi buruk. Pengkhianatannya akan benar-benar menghancurkan.

Itulah sebabnya mengapa Anda harus melindungi diri sebelum Anda terlalu memercayai seseorang yang hanya akan mengkhianati Anda. Berikut ini kami berikan pentunjuk bahwa teman Anda adalah musuh dalam selimut [latar belakang lagu seram]...

1. Ketika “teman” Anda butuh bantuan, dia akan berada di dekat Anda, tapi saat Anda butuh sesuatu — bantuan, makanan, dukungan — dia tidak pernah ada.

2. Perasaan mengatakan Anda tidak bisa memercayainya dalam situasi apapun, tapi Anda tidak bisa mengatakan alasannya.

3. Kebanyakan komentar “teman” Anda menyakitkan dan membuat perasaan Anda semakin kacau.

4. Dia justru susah senang ketika semua hal berjalan lancar namun selalu terlihat senang ketika hal buruk terjadi, misalnya ketika Anda naik gaji, naik jabatan, pacar baru. “Teman” Anda akan merendahkannya dan membuatnya terlihat seperti sebuah kebetulan.

5. Anda menyadari pembicaraannya selalu tentang dirinya: masalahnya, hidupnya, apa pun semuanya tentang dia tapi tidak pernah tentang Anda.

6. Anda tahu dia suka menjelek-jelekkan Anda di belakang.

7. Banyak update di Twitter dan Facebook dia menjelek-jelekkan Anda atau teman lainnya — dan setiap kali Anda memposting sesuatu, dia selalu menemukan cara untuk mengejek atau bersikap kejam.

8. Anda mulai menyadari, setiap kali Anda berbicara dengan “teman” Anda, rasanya seperti berputar-putar, tidak pernah bisa menyampaikan perasaan Anda yang sebenarnya, karena tidak ingin membuatnya marah .

9. Bukannya menunjukkan hal terbaik dan memberi kesimpulan mengenai apa yang terbaik untuk Anda, dia tidak pernah menyukai semua yang Anda katakan atau lakukan, meski hal itu tidak ada hubungannya dengan perasaan Anda, dan memberi banyak reaksi yang tidak menyenangkan dan ditujukan langsung kepada Anda.

10. Dia berbicara seakan Anda adalah anak kecil yang bodoh.

11. Dia tidak pernah membalas telepon, email, atau SMS Anda.... kecuali dia lagi butuh sesuatu.

12. ”Teman” Anda selalu mengabaikan kebutuhan Anda, tidak peduli alergi makanan atau kelelahan setelah menemaninya ke bar. Semuanya selalu tentang dia.

13. Musuh dalam selimut akan menghabiskan banyak waktu untuk mengkritik Anda. Mulai dari potongan rambut (membuat Anda terlihat gemuk) sampai putusnya hubungan Anda (mantan Anda mungkin menemukan orang yang lebih baik), apa pun itu dia tidak pernah berpihak pada Anda.

14. Dia tidak sensitif. Anda sedang berjuang menghadapi perceraian atau anak, dia memberikan banyak saran, dan semuanya menyalahkan ANDA dan pilihan Anda.

15 .Semua berita yang Anda bagi dengan “teman” Anda membuat Anda meragukan diri sendiri. Jika sudah berhasil menurunkan berat sebanyak 2,5 kg, dia akan langsung berkata Anda sebaiknya menurunkan berat lagi. Kalau tidak, suami Anda bakal melirik wanita lain lebih langsing.

Sabtu, 20 Oktober 2012

JANGAN TERLALU SIBUK MENILAI ORANG LAIN


Dari AbuHurairah Ra., bahwasanya Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Jika ada seseorang berkata, “orang banyak (sekarang ini) sudah rusak, maka orang yang berkata itu sendiri yang paling rusak di antara mereka.” (HR. Muslim)

Al Imam An Nawawi ketika menulis Hadits ini dalam kitab Riyadhus-Shalihin, beliau memberikan penjelasan seperti berikut: “Larangan semacam di atas itu (larangan mengatakan orang banyak telah rusak) adalah untuk orang yang mengatakan sedemikian rupa dengan tujuan rasa bangga pada diri sendiri, sebab dirinya tidak rusak, dengan tujuan merendahkan orang lain dan merasa dirinya lebih mulia daripada mereka. Maka yang demikian ini adalah haram.
Adapun orang yang berkata seperti ini karena ia melihat kurangnya perhatian orang banyak terhadap agama mereka serta didorong oleh perasaan sedih melihat nasib yang dialami oleh mereka, dan timbul dari perasaan cemburu terhadap agama, maka perkataan itu tidak ada salahnya.
Entahlah mengapa, ada dari kita  yang selalu punya kecenderungan untuk menjadi sosok yang gemar sekali mencari-cari kesalahan orang lain. Lihat saja betapa mudahnya seseorang menuntut dan mengkritik orang lain. Sebenarnya boleh-boleh saja mengkritik teman atau siapa pun, tapi dalam menyampaikan kritik, saran atau sebuah koreksi, sebaiknya kita tetap menghormati orang yang kita kritik.  Karena itu dalam menyampaikan informasi yang sifatnya sebuah koreksi, sebaiknya kita menyampaikannya dengan cara yang baik, ramah dan lembut. Dan jangan pernah menyampaikan dengan cara yang langsung menyudutkan dan menyalahkan, tapi kemukakanlah pendapat kita dengan cara yang baik, santun dan bijak.
Jangan terlalu sibuk melihat diri orang lain, dan mengganggap diri orang lain lebih dari anda, sesungguhnya Tuhan telah menciptakan kita semua SAMA BERHARGA. jangan terlalu sibuk menilai orang lain, namun diri sendiri tak pernah dinilai bagaimana karakter kita selama ini dihadapan orang lain…
Berkatalah yang baik atau diam. Ya, kita sebagai manusia memang telah diberikan banyak sekali nikmat oleh Allah SWT termasuk nikmat dapat berbicara. Akan tetapi, banyak yang salah menggunakan nikmat ini. Mereka tidak mengerti bahwa mulut yang telah dikaruniakan oleh-Nya seharusnya dapat dijaga dengan baik dan digunakan hanya untuk kebaikan.
jangan terlalu sibuk mencari kesalahan orang lain, tapi kita tak pernah mencari kesalahan kita…kita tanpa sadari mungkin sering bahkan sangat sering menjadikan diri orang lain sebagai sumber cemohan, sumber salah, dll.  namun sedikit sekali mnjadikan diri orang lain sebagai cerminan kita untuk melihat apakah kita sudah jadi lebih baik dari orang itu ??? kebanyakan kita hanya menjadikan tempat cemohan, tempat untuk menghakimi, tempat untuk menilai karakter seseorang.

Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang beriman kepada Allah, hendaklah ia berkata yang baik atau diam” (Muttafaq ‘Alaihi)   Lalu dalam hadist lain disebutkan: “Allah SWT memberi rahmat keapda orang yang berkata baik lalu mendapat keuntungan, atau diam lalu mendapat keselamatan.” (HR. Ibnul Mubarak)
Demikianlah, lidah seseorang itu sangat berbahaya sehingga dapat mendatangkan banyak kesalahan. Imam Ghazali telah menghitung ada 20 bencana karena lidah antara lain berdusta, ghibah (membicarakan orang lain), adu domba, saksi palsu, sumpah palsu, berbicara yang tidak berguna, menertawakan orang lain, menghina orang lain, mencari-cari kesalahan orang lain, dsb.
Dalam mengkritik, kita harus bijak,  kita juga harus memusatkan perhatian pada kemampuan orang yang kita kritik. Carilah satu kelebihan dalam diri orang tersebut. Walaupun tampaknya dimata kita kemampuannya kecil/sepele dan kita masih bisa jauh lebih baik dari orang tersebut. Namun, cobalah bertanya pada diri sendiri, bagaimana bila kita berada di posisi orang yang kita kritik, tanpa mempertimbangkan sedikitpun,  kebenaran dan kemampuannya?
Kita juga harus memeriksa kembali apa motif kita mengkritik (tanyakan dengan jujur pada diri sendiri). Dan tanyakan juga apa keuntungan yang kita raih setelah mengkritik dan mencari-cari kesalahan orang lain. Karena, apabila yang namanya kritik itu, hanyalah sebuah upaya untuk menonjolkan konsep tentang diri sendiri.  Atau kadang untuk membuktikan bahwa kita lebih pintar dari orang yang kita kritik (yang kita cari-cari kesalahannya, kelemahannya). Jika motif kita seperti itu, maka segeralah berhenti untuk mengkritik dan mencari-cari kesalahan orang lain. Ketahuilah, tidak ada orang yang luput dari salah dan khilaf, dan begitupun diri kita.
Daripada kita terus menerus menyibukkan dan melelahkan diri kita dengan mengorek-ngorek dan mencari-cari kesalahan dan kelalaian orang lain, yang bisa kita jadikan senjata untuk menyerangnya, bukankah lebih baik kita berpikir positif. Coba tanyakan dengan jujur pada diri kita sendiri, sudah mampukah kita berbuat lebih baik dari orang yang kita kritik atau kita cari-cari kesalahannya? Caranya hanya satu, yakni dengan pembuktian,lakukanlah ”sama persis” ”segala hal” yang dilakukan orang yang kita cari-cari kesalahannya. Kita buktikan pada diri sendiri dan dunia, apakah kita bisa melakukannya sama dengan orang yang kita cari-cari kesalahan/ kekurangannya, atau kita bisa melakukannya lebih baik dari orang tersebut? Semua ini hanya bisa diketahui dengan ”pembuktian”.
Istilahnya, jangan cuma sekedar bisa meng-kritik atau mencari-cari kesalahan orang lain saja, coba lakukan terlebih dahulu, ”semua hal”  yang dilakukan orang yang kita kritik atau yang kita cari-cari kesalahannya, kemudian lihat hasil yang kita capai, apakah hasil yang kita capai lebih baik darinya, sama dengannya atau lebih buruk darinya? Mampukah kita berbuat seperti dia, sebaik dia, atau lebih baik dari dia? Dan kalaupun ternyata kita memang mampu berbuat lebih baik daripada orang yang kita cari-cari kesalahannya/kritik, maka bersyukurlah, jangan sampai hal tersebut  menjadikan kita ujub dan tidak berarti hal tersebut membolehkan kita meneruskan mencari-cari kesalahan orang lain, perhatikanlah hadits-hadits shahih terkait.
Seorang ahli hikmah berkata, aku tidak pernah menyesali apa yang tidak aku ucapkan, namun aku sering sekali menyesali perkataan yang aku ucapkan. Ketahuilah, lisan yang nista lebih membahayakan pemiliknya daripada membahayakan orang lain yang menjadi korbannya. (mengutip perkataan, Dr. Aidh Bin Abdullah Al-Qarni. M.A.)
Kita sebagai umat islam tidak berhak untuk mencari-cari kesalahan orang lain lalu menyebarkannya apalagi berusaha mempermalukan orang tersebut didepan umum, dengan menggunakan ilmu/kepandaian kita.
Perhatikan sabda Rasulullah SAW berikut ini: ”Aku peringatkan kepada kalian tentang prasangka, karena sesungguhnya prasangka adalah perkataan yang paling bohong, dan janganlah kalian berusaha untuk mendapatkan informasi tentang kejelekan danmencari-cari kesalahan orang lain, jangan pula saling dengki, saling benci, saling memusuhi, jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara” (H.R Bukhari, no (6064) dan Muslim, no (2563).
Perhatikan firman Allah SWT berikut ini: ”Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa.Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang” (QS. Al Hujuraat [49] : 12)
Perhatikan sabda Rasulullah SAW berikut ini: ”Tahukah kalian apa itu ghibah? Jawab para sahabat : Allah dan rasul-Nya yang lebih mengetahui. Maka kata Nabi saw: “engkau membicarakan saudaramu tentang apa yang tidak disukainya. Kata para sahabat: Bagaimana jika pada diri saudara kami itu benar ada hal yang dibicarakan itu? Jawab Nabi SAW: Jika apa yang kamu bicarakan benar-benar ada padanya maka kamu telah mengghibah-nya, dan jika apa yang kamu bicarakan tidak ada padanya maka kamu telah membuat kedustaan atasnya.”(HR Muslim/2589, Abu Daud 4874, Tirmidzi 1935)
Abdullah bin Umar ra menyampaikan hadits yang sama, ia berkata, ” suatu hari Rasulullah SAW naik ke atas mimbar, lalu menyeru dengan suara yang tinggi :”Wahai sekalian orang yang mengaku berislam dengan lisannya dan iman  itu belum sampai ke dalam hatinya. Janganlah kalian menyakiti kaum  muslimin, janganlah menjelekkan mereka, jangan mencari cari aurot  mereka. Karena orang yang suka mencari cari aurot saudaranya sesama  muslim, Allah akan mencari cari aurotnya. dan siapa yang dicari cari  aurotnya oleh Allah, niscaya Allah akan membongkarnya walau ia berada di tengah tempat tinggalnya (HR. At Tirmidzi no. 2032, HR. Ahmad 4/420. 421, 424 dan Abu Dawud no. 4880.  hadits shahih)  (keterangan: yang dimaksud dengan aurot disini adalah aib/cela atau cacat, kejelekan dan kesalahan. Dilarang mencari cari kejelekan/kesalahan seorang muslim untuk kemudian diungkapkan kepada manusia – tuhfatul Ahwadzi).
Dari hadits di atas dapat digambarkan dengan jelas pada kita betapa besarnya kehormatan  seorang muslim. Sampai sampai ketika suatu hari Abdullah bin Umar ra memandang Ka’bah, ia berkata: ” Alangkah agungnya engkau dan besarnya kehormatanmu. Namun seorang mukmin lebih besar lagi kehormatannya disisi Allah darimu. (HR Tirmidzi no. 2032)
Jadi, sebaiknya kita memelihara perkataan dan perbuatan kita, memang tampaknya enak dan menyenangkan mengkritik orang lain, apalagi bila kita bisa menemukan celah dari hasil kita mengorek-ngorek kesalahan orang yang kita kritik, karena hal tersebut bisa kita jadikan senjata untuk melontarkan kritik kita. Tapi sebelum itu semua, cobalah terlebih dulu berusaha menjadi orang yang kita kritik, sangat penting untuk “melakukan sama persis, semua hal  yang dilakukan orang yang kita kritik dan yang kita cari-cari kesalahannya”  kita buktikan terlebih dahulu hasil pencapaian kitaapakah hasil yang kita capai sebaik dia, lebih baik dari dia, atau lebih buruk dari dia.
Allah S.W.T. berfirman : “dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri) .” (QS. Al qiyaamah:2)  Firman Allah ini mungkin kita tidak banyak tau tentang apa yang harus disesali kita saat ini , karena kita sudah mulai terbawa dengan keadaan sekitar kita untuk berbicara apa dan apa yang kita mau. Kita sekarang lebih banyak menyalahkan orang lain apabila kita mendapat musibah yang sebenarnya itu adalah akibat dari diri sendiri ini, namun karena ketidak tauan kita dalam menelaah sikap dari sendiri atau INTROSPEKSI atas diri sendiri, menyalahkan orang lain akan menimbulkan kedengkian diantara sesama teman.
Seperti hal  berikut ini: “Barangsiapa yg mengenal dirinya, ia akan sibuk untuk memperbaiki diri daripada sibuk mencari-cari aib dan kesalahan orang lain.”(Ibnul Qayyim).  Sebenarnya beruntunglah kita jika kita bisa mengenali diri dan bisa merubah sikap diri dari pada kita sibuk mencari kesalahan dan aib seseoarng, karena hal mencari aib seseorang itu sama juga halnya sikap kita adalah tidak bisa menjaga sebuah amanah itu sendiri yang bisa kita kiatkan dengan tidak bisa dipercaya untuk diberi suatu amanah. Dalam hal lain juga bahwa orang yang pandai dan cerdas inilah mereka akan senang memperbaiki dirinya sendiri dari pada memperbaiki orang lain dan menyalahkan hal yang berkaitan, tapi kita juga diharuskan untuk selalu mengingatkan teman kita agar selalu bisa bersikap dalam hal ini. Digambarkan bahwa orang yang suka mengolok-olok atau menyalahkan orang lain ini sama halnya mereka itu selalu terbawa oleh sikap hawa nafsu yang akan menjerumuskan kita kedalam kehinaan.
Seperti hadis berikut ini : “Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah Swt” (HR.  Tarmidzi).
Firman Allah S.W.T.
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al hasyir:18)
Dari hal ini lah kita sebagai orang yang mempunyai keimanan itu hendaknya kita memperhatikan apa – apa yang akan dan telah dilakukan agar tidak menimbulkan kekacauan disekitar kita. Introspeksi diri ini sangat baik halnya dari pada menyalahkan atau mencari kesalahan orang lain. Selagi diri masih mempunyai kekurang apalah gunanya kita mencari kekuarangan orang lain. Seperti sesuatu yang ditulis oleh HASAN AL BASRI  “mengtakan:”seseorang muslim lebih banyak bermuhasabah diri sendiri daripada menilai temannya”.,,,,,,,Maka ambillah ( kejadian itu )untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai pandangan.”( QS Al hasyr: 2 )
Bagi seorang mukmin yang senantiasa merasa diawasi oleh Allah, wajib mengerti bahwa “perkataan” itu termasuk amalannya yang kelak akan dihisab: amalan baik maupun buruk. Karena pena Ilahi tidak meng-alpakan, tidak pernah lalai ataupun menghapuskan satupun perkataan yang diucapkan manusia. Ia pasti mencatat dan memasukkannya ke dalam buku amal. Ingatlah bahwa semuanya, kelak harus kita pertanggungjawabkan.
Dalam sebuah riwayat, khalifah Umar bin Khatab berwasiat : ”Hitung – hitunglah dirimu sendiri sebelum kamu dihitung, dan timbang-timbanglah diri terlebih dahulu sebelum kamu ditimbang, dan persiapkanlah dirimu untuk menghadapi alam terbuka yang besar (Mahsyar).

just a note

Mungkin hidupku kini ibarat hukum newton I, yang suatu saat bisa berubah oleh sejumlah gaya yg kau berikan, lalu berotasi sesuai kehendakNya. Koloid padat dalam gas di hadapan akan membiaskan cahaya yng datang. Mungkinkah masa depan akan seindah aurora? Atau mungkin akan berakhir dalam singularitas? Entahlah, yang bisa kulakukan hanyalah selalu mencoba mengalikan gaya yg kumiliki dg jarak yg ku lalui. Meski masa dan massa begitu kecil, namun tak menyurutkan probabilitas, karena energi yang dibagikan olehNya tak terbatas. Dialah titik tumpu dalam tuas kehidupan. Dialah yg selalu memberikan keuntungan mekanik sebesar 1, karena panjang lengan beban yg telah Dia tentukan pasti sama dengan pnjang lengan kuasa hambaNya. Begitu pula cobaanNya pasti akan selalu sebanding dg keimanan hambaNya.. Tetaplah semangat, jagalah shalat, jauhi maksiat, jadilah hebat hehehee :D/ semoga kita semua selalu istiqomah di jalanNya..aamiin,,,, by: yann, di pojokan kursi depan #Iseng2NumpahinIsiKepalaKeDalemTulisanYangAwut2an

Manusia Labil dari Cara Maen FB

Kata Pak guru sy (g mau disebutin namanya), sebagian ciri manusia 'labil' itu bisa diliat dr cara dia maen FB, diantaranya: 

_1) Dikit2 upstat (manusia update) tp yg dipost hal2 yg g penting ttg dirinya sndri, banyakan 'curhat'nya, isinya marah2 ngumpat2 ngeluh & sejenisnya. Pesan beliau:"org yg mudah 'kena tipu' itu bisa jd bkn krn dia terlalu jujur, tp krn seringnya 'mengumbar' mslh pribadi ke bnyk orang, maka berhati2lah. Lebih baik sampaikan sesuatu yg bermanfaat". 

 _2) Ketikannya pke tulisan 'alay' (HurUfnYa bEsaR KeCIL tyuz bahazax souzah dhimuengrty :D), klo msh ABG mah ya wajar, tp yg udah g ABG masa msh mw niru2 gaya ABG jg? Pesan beliau: "setiap org pasti mnginginkn dirinya mjd lebih baik (kalo yg g pngin brarti bkn org dong pak?) & klo dia bnr2 pnya niat psti dia akan brusaha 'merubah diri' dr hal2 kecil sprti itu". 

_3) Tidak suka jika diberi saran/kritikan, padahal untuk 'membangun' dia mjd lbh baik. Pesan beliau: "tanamkan prasangka baik dlm dirimu agar kau bisa tumbuh dewasa." ^_^ semoga brmanfaat

MENURUT GUE, LAKI-LAKI IDAMAN ITU...

1. laki2 sholeh;
bkn brarti yg ilmu agamanya tinggi ato yg dianggap ustz oleh masyarakat d sktrnya, tp yg bs menjaga sholatnya & mau belajar mendalami agama, & mau mngajarkn ilmunya utk kluarganya kelak,,skalipun awalnya dy org yg ngga ngrti agama, tp mau brbh utk mmprbaiki agamanya, tak mslh jg bwt sy

2. mapan;
bkn brarti yg pkrjaan & keuangannya "bagus", ato yg sdh pnya rmh/mobil/investasi yg "bagus" pula, tp bg sy org yg pnya pmikiran+tindakan yg bijak, dn rencana2 k depan yg jelas (mksdnya dy pnya ksiapan lhir bathin thdp sgala kemungkinan yg baik/buruk yg mgkn bs menimpa kluarganya) org sprti ini yg sy sebut "mapan",, yg namanya khidupan kn bs brubah, mgkn awalnya kita org yg "punya" tp klo suatu ketika Alloh brkehendak lain, tp klo ngga pnya "kemapanan" diri, mw jd apa kluarganya

3. pinter;
bkn brarti yg pnya title ato yg skolahnya tinggi, tp org yg bs mmbawa diri dmnpn dia berada (mksdnya pinter dlm mngambil sikap thdp apapun, siapapun, bagaimanapun, dimanapun & kapanpun),, skalipun dy lulusan TK doang, tp klo pnya pmikiran yg bijak dn mw bljr (terus), insyaalloh dy bs brhati2 dlm brtindak..

4. tampan;
bkn brarti yg muka2nya kyk artis, tp yg bs membawa "mukanya" tetep ganteng dmnpun ia berada (mksdnya bs tunjukin kesopanan dg siapapun,, org itu akan sll dianggap ganteng oleh bnyk org, klo dy murah snyum sm siapapun,sk menolong siapapun, skalipun mukanya pas2an..hehee,,,,,