Senin, 08 Agustus 2011

Facebook `Connecting` People

Siapa yang tidak kenal Facebook…? Hampir seluruh orang mengenal salah satu layanan jaringan sosial ini, paling tidak walau belum terdaftar sebagai member tapi sudah terniat untuk ikut bergabung.

Mungkin mereka para pendahulu kita (red: nenek & kakek) juga tidak mengenal FB, tapi tidak tertutup juga kemungkinan ada diantara beliau-beliau yang masih tersisa jiwa dan semangat mudanya untuk ikut berpetualang di dunia maya yang bernama FB ini.

Tetapi sebagai seorang muslim apalagi seorang penuntut ilmu, sudah semestinya kita berhati-hati dengan sikap dan langkah kita saat berinteraksi dengan yang satu ini.

Saat itu ketika saya sedang membuka FB, tanpa sengaja pandangan saya tertuju pada sebuah saran Group yang kalau tidak salah bernama “Jangan Asal Tulis Status”. Saya tidak sempat bergabung, karena saat itu kurang fokus apalagi juga tidak betah lama-lama buka Facebook.

Tapi setelah keluar dari FB saya teringat kembali dan ingin mengenal lebih jauh group tersebut, sayang sekali saya belum menemukannya sampai saat menulis tulisan ini. Saya hanya ingin tahu apakah group itu hanya sekedar group yang dibuat-buat untuk menarik banyak anggota ataukah group yang benar-benar bertujuan sebagai wasilah saling mengingatkan kepada kebaikan.

Saya pikir, bagus sekali jika ada group yang seperti itu. Tapi baiknya dibuat dalam halaman Facebook agar setiap ada berita baru yang di-posting oleh halaman bersangkutan dapat tampil di dinding semua anggotanya. Sebaliknya, group tidak memiliki fasilitas demikian.

Saya perhatikan, banyak sekali mereka yang asal-asalan bikin status, yang saya rasa itu tidak penting dan bahkan terkadang tidak pantas untuk diketahui orang lain. Sebagai sesama muslim ini adalah perkara yang memprihatinkan bagi kita.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu `anhu dia mengatakan, “Saya mendengar Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda :

“Setiap umatku akan diampuni, kecuali orang-orang yang berterus-terang dalam bermaksiat. Dan di antara perbuatan berterus-terang dalam bermaksiat ialah, bila seseorang melakukan kemaksiatan pada malam hari, lalu Allah telah menutupi perbuatannya, akan tetapi di pagi harinya ia malah berkata, ”Wahai fulan, sungguh tadi malam aku telah berbuat demikian dan demikian,” padahal Rabb-nya telah menutupi perbuatannya, justru ia malah menyingkap tabir Allah dari dirinya”. [Muttafaqun 'Alaih]

Berhati-hatilah saat berkecimpung di dunia maya, salah satunya saat berinteraksi menggunakan jejaring sosial yang hampir menguasai dunia ini. Mengapa pada judul tulisan ini kata `connecting` saya beri tanda khusus?

Karena makna connecting disini sangat luas maknanya bagi setiap orang yaitu menghubungkan satu orang dengan lainnya. Tentu saja, saya, anda, dan yang lain merasa telah dihubungkan dengan orang-orang yang sudah lama tak berjumpa atau jauh dari anda.

Bagi orang non-muslim mereka bebas memaknai kata ini. Sedangkan bagi kita umat muslim connecting disini berarti menjalin silaturahmi untuk kembali mempererat ukhuwah dalam rangka saling mengingatkan pada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran.

Berpikirlah sebelum anda meng-update status, apakah status anda akan membuat orang berpikiran positif atau berpikiran negatif? Apakah status anda akan mengajak orang pada kebenaran atau malah membuat orang berbuat keji atau maksiat? Apakah dengan status anda akan membuat seseorang menilai pribadi anda (terutama wanita).

Contoh ringan saja, seorang wanita menulis status “Hm… segernya habis keramasan” atau ungkapan hati yang lagi marah “Dasar loe…!Kurang ajar…!” dan lain sebagainya. Ketika orang yang berkomentar berpikiran negatif maka anda sudah termasuk pada orang yang membuat sunnah jelek, tapi orang yang berkomentar untuk menasihati dan mengingatkan pada kebaikan maka dia telah termasuk dalam ayat :

“Kamu sekalian adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan untuk manusia, yang menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar serta beriman kepada Allah” (Q.S. Āli ‘Imrân : 110).

Sebenarnya perihal meng-update ini tidak hanya status, juga update foto profil atau membuat album. Foto seorang wanita yang memakai pakaian muslimah secara syar`i saja, tak jarang dapat menimbulkan fitnah bagi kaum laki-laki apalagi yang tidak menutup aurat, memperlihatkan mahkotanya (tidak berjilbab) bahkan jika sampai menampakkan aurat yang lainnya, na`udzubillahi min dzalik. Apakah ia sanggup menanggung beban dosa orang-orang yang mencontoh apa yang ia perbuat?

Dalam sebuah hadits Rasul : “Dan barang siapa membuat sunnah jelek dalam Islam maka baginya dosanya dan dosa orang-orang yang mengamalkannya setelahnya tanpa berkurang sedikitpun dosa-dosa mereka.” (HR. Muslim)

Jangan sampai kecanggihan teknologi membuat kita lupa dengan jati diri muslim kita, jangan sampai akibat prilaku dan tingkah kita yang tidak mau menuruti aturan agama orang lain jadi berdosa, mungkin saat itu kita lupa bahwa dosa-dosa mereka itu akan menambahkan timbangan dosa kita tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikitpun.

Alangkah baiknya jika yang kita tuliskan berupa kebaikan, mengajak orang untuk semakin mendekatkan diri pada Allah swt dan mencintai Rasulullah saw, membuat orang yang sedang putus semangat atau hilang semangat hidup semakin optimis dengan membaca status anda, membuat orang lain terinsprasi oleh status anda untuk ikut mengajak pada kebaikan.

“Barang siapa membuat sunnah baik dalam Islam maka baginya pahalanya dan pahala orang-orang yang mengamalkannya setelahnya, tanpa berkurang sedikitpun pahala mereka.” (HR. Muslim)

Kita berlindung kepada Allah dari orang-orang yang mengajak kepada kekejian. Tulisan ini adalah untuk saya, anda, dan mereka yang terdekat di sekitar kita, saudara-saudari semuslim kita serta para sasaran dakwah kita. Jika kita seorang istri maka jagalah `iffah diri kita, karena penjagaan seorang istri terhadap dirinya berarti telah menghargai dan menjaga kehormatan suaminya, insya Allah syurga bagi istri yang shalihah.

Jika kita adalah seorang anak, maka jagalah diri kita karena hakikatnya seorang manusia yang sudah baligh maka bagi dirinya sendirilah balasan (dosa/pahala) akibat perbuatannya. Orang tua hanya berkewajiban menasihati walau akan menanggung malu di dunia, tapi di akhirat pertanggung jawaban adalah dari individu masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar