Rabu, 19 Oktober 2011

not anymore....

Gratisan paling disukai. Rumah, kuliah, apalagi rapelan gaji tanpa usaha memadai. Beda dengan haji yang katanya hak WNI. Jadi waiting listpun mesti antri. Padahal sebagian dana sudah di setor jauh-jauh hari. Kasus meningitis dan paspor hijau lebih bikin galau. Depag, Depkes, bahkan DPR mulai ngeper. Sebagaian warga jadi tak percaya. Minimnya sosialisasi menelantarkan jemaah dengan semua mimpinya. Tak ada pihak yang bersikap jantan. Akhirnya, jamaah juga yang jadi korban.

Kasus serupa pernah terjadi. Ketika Qabil makin tak terkendali, keukeuh ingin menyakiti, Habil menasehati: Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu (5/28). Ibnu Abbas meriwayatkan; sebenarnya Habil lebih kekar, kuat, bahkan mampu membanting balik Qabil kakaknya. Cintanya terlalu dalam hingga tak mampu menggerakkan tangan menyakiti saudara.

Bukan tak mampu Habil membalas kakaknya. Hanya tak kuasa memutus ikatan kokoh yang mengikat keduanya. Beliau memilih mati ketimbang mencederai keluarga sendiri. Siapapun yang mati membela hartanya akan mendapat derajat syahid, dan yang membela keluarga juga akan mendapat syahid (muslim/359, abu daud/4772, tirmizi/1421, nasai/4101, ibnu majah/2580, ahmad I/79 dan 187).

Mungkin kita tak bakal percaya. Karena realitas memaparkan banyak ikatan keluarga berantakan hanya karena persoalan harta. Sebagian malah tak masuk logika, karena yang dipersoalkan memang tak seberapa. Begitu berbahayanya memutus hubungan hingga beliau menyarakan kita menekan perasaan. Yang dimaksud menjalin ikatan keluarga bukanlah yang mengadakan kunjungan balasan, penjalin ikatan sejati adalah yang ketika diputus, ia yang malah mulai merajutnya, dan ini yang dilakukan Habil pada saudaranya (muslim/6486). Ikatan ini yang membuat Utsman tenang-tenang saja, rela dianggap pengecut karna tak mau mengangkat senjata. Beliau dengan senang hati mau jadi korban, asal ikatan cinta kaum muslimin tak terurai berantakan.

Ternyata, tak selamanya yang jadi korban tak berdaya. Ada diantara mereka yang rela jadi tumbal agar ikatan suci tetap terjaga. Mereka senang hati mentraktir, mengalah, bahkan menanggung derita. Kalau tau begini, mending bayar sendiri. Terlalu sering menerima budi orang hanya bakal membuat jiwa tak merdeka lagi. Wallahu A¿lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar