Sabtu, 07 September 2013

DAMPAK PUBERTAS DINI PADA ANAK

Setiap orangtua harus lebih waspada terhadap dampak negatif yang mungkin ditimbulkan dari kasus pubertas dini pada anak-anak mereka. Pendampingan orangtua sangat dibutuhkan oleh remaja dalam perjalanan mereka menuju tahap kedewasaan, dan hal itu harus dimulai pada saat mereka mulai mengalami tanda-tanda pubertas.
Para remaja haruslah dibekali pengetahuan yang cukup sehingga mereka paham akan konsekuensi dari pergaulan atau saat berinteraksi dengan lawan jenis. Dalam hal ini, orangtua sebaiknya mempersiapkan bekal terbaik bagi anak-anak untuk siap menghadapi hal itu daripada berusaha menjauhkan mereka dari lingkungan pergaulannya.
  • Kanker payudara Tidak hanya secara psikologis dan pertumbuhan badan, pubertas dini juga dapat meningkatkan risiko kanker dan tumor di kemudian hari, karena tingkat hormon estrogen, progesteron (pada perempuan) dan testosteron (pada laki-laki) dapat memicu beberapa tumor yang bisa menjadi ganas. Pubertas dini dikenal sebagai salah satu faktor resiko kanker payudara. Semakin muda perempuan mendapatkan menstruasi pertama, resiko menderita kanker payudara di usia selanjutnya juga semakin besar. Perempuan yang mendapatkan menstruasi pertama sebelum usia 12 beresiko 50 persen lebih besar menderita kanker payudara dibandingkan mereka yang mendapatkan menstruasi di usia 16. Hubungan antara pubertas awal dengan kanker payudara, masih belum jelas. Akan tetapi, hal ini dikaitkan dengan peningkatan paparan estrogen yang meningkatkan resiko kanker payudara. Selain itu, pubertas dini memperpanjang rentang resiko perkembangan payudara antara menstruasi pertama dengan kehamilan pertama.
  • Gangguan pertumbuhan Pubertas awal juga dikaitkan dengan penuaan tulang. Artinya, anak perempuan usia enam tahun kemungkinan memiliki struktur tulang seperti anak usia delapan atau sembilan tahun. Akibat bila seorang remaja mengalami pubertas dini, awalnya pertumbuhan badannya akan lebih tinggi, tetapi karena tulang menutup lebih cepat maka menyebabkan tubuhnya lebih pendek dari teman lainnya yang mengalami pubertas normal.Meskipun mereka sedikit lebih tinggi dibandingkan anak dengan perkembangan lebih lambat, anak perempuan yang mengalami pubertas dini pada akhirnya cenderung lebih pendek. Pasalnya, setelah pertumbuhan awal memuncak, pubertas akan memicu tubuh untuk menghentikan pertumbuhan dan mulai melebar ke samping. Anak perempuan dengan perkembangan yang lebih lambat memiliki lebih banyak waktu untuk tumbuh tinggi dibandingkan perempuan rata-rata yang mengalami pubertas dini.
  • Gangguan perkembangan otak Pubertas, seperti diuraikan di situs hubpages.com, juga memperlambat dan akhirnya memicu penghentian perkembangan otak. Anak perempuan yang mengalami pubertas dini memiliki lebih sedikit waktu untuk mengembangkan potensi fisik mereka sebelum pertumbuhan berhenti.
  • Depresi, kecemasan dan stres Menjadi beda dengan teman sebaya dipadukan dengan perubahan mood terkait pubertas membuat banyak anak perempuan yang mengalami pubertas dini menjadi stres. Mereka memerlukan lebih banyak dukungan emosional dari orangtua, guru, serta orang terdekat lainnya.
  • Pelecehan seksual Anak perempuan yang mengalami pubertas dini seringkali menjadi objek pelecehan seksual oleh teman sekolah mereka. Hal ini tentunya bisa memperburuk masalah depresi, kecemasan dan gangguan mental lainnya.
  • Perkembangan seksual sebelum waktunya Anak perempuan dengan pubertas dini lebih sering menjadi target anak lelaki yang lebih tua dan bahkan laki-laki dewasa dibandingkan anak perempuan dengan perkembangan yang lebih lambat. Selain itu, mereka juga harus mengendalikan perasan seksual mereka sendiri lebih awal. Anak perempuan dengan pubertas awal cenderung terlibat aktivitas seksual lebih awal, sehingga meningkatkan resiko kehamilan remaja atau penyakit menular seksual
  • Psikologis belum siap Bila terlalu cepat mengalami pubertas maka hormonnya akan tinggi dan itu akan menjadikan anak ‘dewasa lebih cepat’, padahal mentalnya belum siap menjadi dewasa.
Pencegahan
  • Batasi waktu menonton anak. Alihkan kegiatan mereka ke aktivitas lain yang lebih menyenangkan dan edukatif. Berikan permainan, buku bacaan serta tontonan yang sesuai dengan umurnya. Dampingilah si buah hati ketika menonton televisi. Bersikaplah terbuka ketika si anak bertanya tentang hal-hal “dewasa”. Berikan jawaban yang mudah diterima oleh pemahaman mereka. Jangan malah ditutup-tutupi hingga anak mencari jawaban itu sendiri dengan cara bertanya ke orang lain atau mencarinya di internet.
  • Bersikap terbuka. Biasakanlah diskusi setiap hari tentang bagaimana sekolah hari ini. Apa ada masalah di sekolah? Apa ada masalah dengan teman? Jadilah sosok yang bisa dipercaya oleh si anak. Kebanyakan orang tua biasanya marah duluan sebelum mendengarkan penjelasan si anak. Karenanya banyak anak yang lebih terbuka pada temannya daripada orangtua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar