Sekitar 4,6 x 109
tahun yang lalu, di salah satu kaki galaksi Bimasakti, terdapatlah
partikel-partikel bermuatan seperti proton dan elektron, atom-atom
ringan seperti hidrogen dan helium, serta atom-atom berat seperti besi
dan magnesium.
Awalnya
mereka saling berjauhan, berwujud gas, kemudian gravitasi menyatukan
mereka membentuk plasma raksasa yang disebut kabut Nebula.
Mereka
bergerak saling mendekat, tidak untuk bersatu tetapi saling memutari
satu dan yang lainnya. Dari jauh kabut Nebula terlihat seperti cakram
yang berpusing tepat di titik pusatnya. Lama-kelamaan, bagian tengahnya
membesar, membentuk seperti bola, sedangkan bagian tepinya pipih seperti
pinggiran piring.
Tekanan gravitasi bertambah besar sehingga mampu memaksa atom hidrogen yang ringan bersatu dengan
atom hidrogen yang lain membentuk atom yang lebih berat, atau kita
kenal dengan reaksi fusi. Reaksi fusi ini menghasilkan ledakan yang
dahsyat yang kita kenal dengan ledakan nuklir. Bersama ledakan,
dihasilkan energi berupa cahaya dan panas.
Ledakan demi ledakan terjadi, membuat bagian tengah berpijar seperti lampu
petromak. Atom-atom hidrogen ditarik ke bagian tengah, seperti minyak
petromaks yang ditarik ke atas oleh sumbunya untuk siap dibakar. Bagian
tengah yang berpijar itulah embrio Matahari kita.
Sementara
atom-atom yang berat terpinggirkan ke bagian tepi, berbenturan satu
dengan yang lain membentuk materi yang lebih besar yang kemudian menjadi
embrio planet-planet.
Pada
saat Matahari muda telah memiliki bahan bakar hidrogen yang lebih dari
cukup, reaksi fusi terjadi serempak di sekujur kulitnya, menghasilkan
ledakan yang jutaan kali lebih dahsyat dari sebelumnya dan melontarkan
materi-materi yang ada di pinggiran cakram kabut Nebula tadi.
Materi-materi
tersebut terlontar sembari terus tetap mempertahankan gerak putaran
awalnya, yaitu berlawanan arah jarum jam kalau kita lihat dari atas.
Ikut bersama materi-materi tersebut gumpalan gas-gas yang tidak ditarik
atau belum sempat tertarik oleh Matahari muda. Gas-gas ini membungkus
materi tersebut.
Sebagian
materi-materi tersebut akhirnya membentuk planet, dan gas yang
membungkusnya menjadi atmosfer untuk setiap planet. Sementara sebagian
yang lain menjadi meteor, asteroid, dan bulan. Oleh sebab itu, sebagian
astronom mengatakan bahwa planet-planet dan segala yang mengitari
Matahari adalah anak-anak Matahari.
Tiba-tiba
Matahari meniupkan partikel-partikel hasil ledakan reaksi fusinya ke
arah anak-anaknya, mengakibatkan tersapunya gas atmosfer pada empat
planet terdekat Matahari, yaitu Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars. Empat
planet ini kemudian disebut sebagai “planet dalam”.
Gas-gas
tersebut ditangkap oleh planet-planet berikutnya, yakni Jupiter,
Saturnus, Uranus, dan Neptunus, menjadikan planet-planet yang disebut
“planet luar” ini membengkak volumanya. Jupiter misalnya, ukurannya 11
kali ukuran Bumi, sehingga jika setiap orang hidup yang ada di Bumi saat
ini dipindahkan ke Jupiter, maka setiap orangnya akan mendapatkan tanah
yang luasnya paling kurang seluas pulau Sumatera.
Namun,
tentu saja ini hanya perandai-andaian. Kita tidak mungkin pindah ke
planet-planet raksasa itu karena hampir semua bagian planet-planet
tersebut adalah gas, hanya intinya saja yang padat.
Sementara
planet-planet luar kaya akan gas, tidak demikian dengan planet-planet
dalam. Mereka kering-kerontang, tidak ada udara dan air, apa lagi
lautan. Tidak adanya penghalang udara ini menyebabkan meteor dengan
leluasa menghujami mereka. Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars menderita
hujan meteor.
Namun,
terjadilah hal yang menakjubkan. Sisa-sisa gas atmosfer yang
diterbangkan oleh angin Matahari tadi, sebagian tertangkap oleh
pengelana sejati jagad raya, yaitu komet. Sejumlah komet yang
“kebetulan” melintas di dekat Tata Surya muda kita ikut tertarik oleh
gravitasi Matahari.
Matahari
memang memiliki gravitasi yang luar biasa besarnya. Ini disebabkan
massanya yang juga besar. Bayangkan, 99,9% massa Tata Surya kita
berpusat pada Matahari.
Komet
kemudian bergerak mendekat Matahari, bukan untuk bersatu dengan
Matahari, melainkan untuk memutarinya seperti planet-planet. Ada kalanya
jarak Matahari—komet sangat dekat, ada kalanya sangat jauh. Beberapa di
antaranya jatuh ke Bumi!
Pecahan-pecahan
komet menghujam Bumi. Ikut bersama pecahan tersebut sejumlah gas-gas
udara yang diserapnya saat masih berkelana tadi. Gas-gas udara ini
kemudian sebagian menjadi atmosfer di Bumi, dan sebagian lain menjadi
lautan, dua hal yang membedakan Bumi dengan planet lainnya.
Begitulah,
planet-planet, termasuk Bumi, terus mengalami evolusi. Namun, keajaiban
demi keajaiban terus terjadi dalam evolusi Bumi.
Hanya
Bumi yang memiliki inti planet sedemikian rupa sehingga menghasilkan
medan magnet yang disebut geomagnetik. Geomagnetik inilah yang
melindungi Bumi dari angin Matahari. Angin Matahari mengandung
partikel-partikel berenergi tinggi yang sanggup dalam hitungan detik
memutasi sel-sel kulit kita sehingga menjadi kanker kulit.
Hanya
Bumi yang memiliki lapisan padat – cair – padat. Kulit terluar padat,
inti padat, namun di antara keduanya terdapat lautan magma. Ya, kita
hidup di atas daratan yang mengapung. Lautan ini terus bergerak,
mengakibatkan bentuk kulit Bumi juga bergerak, yang disebut gerak
lempeng tektonik. Gerakan ini membuat wajah Bumi selalu berubah dari
waktu ke waktu. Susunan benua yang kita lihat sekarang tidak sama dengan
susunan benua jutaan tahun silam.
Gerakan
tersebut juga memancing aktivitas vulkanis sehingga lahirlah
gunung-gunung berapi. Dari gunung-gunung ini, tekanan panas dari perut
Bumi dapat disalurkan keluar sehingga Bumi senantiasa stabil. Bayangkan
planet Mars, hanya memiliki satu buah Gunung Api yang tingginya 2,5 kali
puncak Everest! Gunung tertinggi di Tata Surya kita.
Hanya
Bumi yang sumbu putarnya miring 23,5 derajat. Kemiringan memberikan
empat musim pada Bumi, juga memungkinkan iklim yang sangat cocok untuk
kehidupan.
Hanya
atmosfer Bumi yang kaya akan oksigen. Planet Venus juga memiliki
atmosfer yang tebal, tapi terdiri dari gas karbon dan sulfur. Dua gas
ini memantulkan cahaya Matahari dengan warna yang terang dan indah,
tetapi memiliki sifat racun yang kuat ketika terhirup makhluk hidup.
Atmosfer
Bumi juga menghamburkan cahaya Matahari yang datang ke Bumi. Membuat
siang hari terang-benderang. Jika kita tinggal di planet lain, baik
siang dan malam selalu gelap… Kita melihat Matahari sebagai sebuah bola
kecil yang terang. Seperti kita melihat sebuah lampu di tengah hutan,
cahayanya tidak menerangi diri kita.
Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan? (Ar Rahman, 13)
Tanda-tanda ilmiah tersebut, adalah bukti nyata keistemewaan Bumi. Surat Al Gasyiyah ayat 17-20, misalnya, Allah berfirman,“Maka, tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana diciptakan?Keistimewaan-keistimewaan ini adalah tanda bahwa Allah telah mempersiapkan sebaik-baik tempat untuk Nabi Adam beserta anak cucunya. Kelak, anak dan cucu Adam mengambil manfaat dari Bumi ini.
Dan langit, bagaimana ditinggikan?
Dan gunung-gunung, bagaimana ditegakkan?
Dan Bumi, bagaimana dihamparkan?”
Allah persiapkan juga tata cara pemakaian Bumi yang terdapat dalam Al Quran dan Sunnah. Dan Allah tunjuk kita, kaum muslim, untuk menjadi rahmat bagi Bumi ini.
Tidakkah kita bertaqwa kepada Allah setelah tanda-tanda ini ditampakkanNya kepada kita?
Sementara Allah pasti akan meminta pertanggungjawaban kita suatu saat kelak. Yaitu pada saat hari yang tak diragukan lagi kedatangannya.
(diary.febdian.net)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar