Rabu, 20 Maret 2013

keistimewaan bumi

Sekitar 4,6 x 109 tahun yang lalu, di salah satu kaki galaksi Bimasakti, terdapatlah partikel-partikel bermuatan seperti proton dan elektron, atom-atom ringan seperti hidrogen dan helium, serta atom-atom berat seperti besi dan magnesium.
Awalnya mereka saling berjauhan, berwujud gas, kemudian gravitasi menyatukan mereka membentuk plasma raksasa yang disebut kabut Nebula.
Mereka bergerak saling mendekat, tidak untuk bersatu tetapi saling memutari satu dan yang lainnya. Dari jauh kabut Nebula terlihat seperti cakram yang berpusing tepat di titik pusatnya. Lama-kelamaan, bagian tengahnya membesar, membentuk seperti bola, sedangkan bagian tepinya pipih seperti pinggiran piring.
Tekanan gravitasi bertambah besar sehingga mampu memaksa atom hidrogen yang ringan bersatu dengan atom hidrogen yang lain membentuk atom yang lebih berat, atau kita kenal dengan reaksi fusi. Reaksi fusi ini menghasilkan ledakan yang dahsyat yang kita kenal dengan ledakan nuklir. Bersama ledakan, dihasilkan energi berupa cahaya dan panas.
Ledakan demi ledakan terjadi, membuat bagian tengah berpijar seperti lampu petromak. Atom-atom hidrogen ditarik ke bagian tengah, seperti minyak petromaks yang ditarik ke atas oleh sumbunya untuk siap dibakar. Bagian tengah yang berpijar itulah embrio Matahari kita.
Sementara atom-atom yang berat terpinggirkan ke bagian tepi, berbenturan satu dengan yang lain membentuk materi yang lebih besar yang kemudian menjadi embrio planet-planet.
Pada saat Matahari muda telah memiliki bahan bakar hidrogen yang lebih dari cukup, reaksi fusi terjadi serempak di sekujur kulitnya, menghasilkan ledakan yang jutaan kali lebih dahsyat dari sebelumnya dan melontarkan materi-materi yang ada di pinggiran cakram kabut Nebula tadi.
Materi-materi tersebut terlontar sembari terus tetap mempertahankan gerak putaran awalnya, yaitu berlawanan arah jarum jam kalau kita lihat dari atas. Ikut bersama materi-materi tersebut gumpalan gas-gas yang tidak ditarik atau belum sempat tertarik oleh Matahari muda. Gas-gas ini membungkus materi tersebut.
Sebagian materi-materi tersebut akhirnya membentuk planet, dan gas yang membungkusnya menjadi atmosfer untuk setiap planet. Sementara sebagian yang lain menjadi meteor, asteroid, dan bulan. Oleh sebab itu, sebagian astronom mengatakan bahwa planet-planet dan segala yang mengitari Matahari adalah anak-anak Matahari.
Tiba-tiba Matahari meniupkan partikel-partikel hasil ledakan reaksi fusinya ke arah anak-anaknya, mengakibatkan tersapunya gas atmosfer pada empat planet terdekat Matahari, yaitu Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars. Empat planet ini kemudian disebut sebagai “planet dalam”.
Gas-gas tersebut ditangkap oleh planet-planet berikutnya, yakni Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus, menjadikan planet-planet yang disebut “planet luar” ini membengkak volumanya. Jupiter misalnya, ukurannya 11 kali ukuran Bumi, sehingga jika setiap orang hidup yang ada di Bumi saat ini dipindahkan ke Jupiter, maka setiap orangnya akan mendapatkan tanah yang luasnya paling kurang seluas pulau Sumatera.
Namun, tentu saja ini hanya perandai-andaian. Kita tidak mungkin pindah ke planet-planet raksasa itu karena hampir semua bagian planet-planet tersebut adalah gas, hanya intinya saja yang padat.
Sementara planet-planet luar kaya akan gas, tidak demikian dengan planet-planet dalam. Mereka kering-kerontang, tidak ada udara dan air, apa lagi lautan. Tidak adanya penghalang udara ini menyebabkan meteor dengan leluasa menghujami mereka. Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars menderita hujan meteor.
Namun, terjadilah hal yang menakjubkan. Sisa-sisa gas atmosfer yang diterbangkan oleh angin Matahari tadi, sebagian tertangkap oleh pengelana sejati jagad raya, yaitu komet. Sejumlah komet yang “kebetulan” melintas di dekat Tata Surya muda kita ikut tertarik oleh gravitasi Matahari.
Matahari memang memiliki gravitasi yang luar biasa besarnya. Ini disebabkan massanya yang juga besar. Bayangkan, 99,9% massa Tata Surya kita berpusat pada Matahari.
Komet kemudian bergerak mendekat Matahari, bukan untuk bersatu dengan Matahari, melainkan untuk memutarinya seperti planet-planet. Ada kalanya jarak Matahari—komet sangat dekat, ada kalanya sangat jauh. Beberapa di antaranya jatuh ke Bumi!
Pecahan-pecahan komet menghujam Bumi. Ikut bersama pecahan tersebut sejumlah gas-gas udara yang diserapnya saat masih berkelana tadi. Gas-gas udara ini kemudian sebagian menjadi atmosfer di Bumi, dan sebagian lain menjadi lautan, dua hal yang membedakan Bumi dengan planet lainnya.
Begitulah, planet-planet, termasuk Bumi, terus mengalami evolusi. Namun, keajaiban demi keajaiban terus terjadi dalam evolusi Bumi.
Hanya Bumi yang memiliki inti planet sedemikian rupa sehingga menghasilkan medan magnet yang disebut geomagnetik. Geomagnetik inilah yang melindungi Bumi dari angin Matahari. Angin Matahari mengandung partikel-partikel berenergi tinggi yang sanggup dalam hitungan detik memutasi sel-sel kulit kita sehingga menjadi kanker kulit.
Hanya Bumi yang memiliki lapisan padat – cair – padat. Kulit terluar padat, inti padat, namun di antara keduanya terdapat lautan magma. Ya, kita hidup di atas daratan yang mengapung. Lautan ini terus bergerak, mengakibatkan bentuk kulit Bumi juga bergerak, yang disebut gerak lempeng tektonik. Gerakan ini membuat wajah Bumi selalu berubah dari waktu ke waktu. Susunan benua yang kita lihat sekarang tidak sama dengan susunan benua jutaan tahun silam.
Gerakan tersebut juga memancing aktivitas vulkanis sehingga lahirlah gunung-gunung berapi. Dari gunung-gunung ini, tekanan panas dari perut Bumi dapat disalurkan keluar sehingga Bumi senantiasa stabil. Bayangkan planet Mars, hanya memiliki satu buah Gunung Api yang tingginya 2,5 kali puncak Everest! Gunung tertinggi di Tata Surya kita.
Hanya Bumi yang sumbu putarnya miring 23,5 derajat. Kemiringan memberikan empat musim pada Bumi, juga memungkinkan iklim yang sangat cocok untuk kehidupan.
Hanya atmosfer Bumi yang kaya akan oksigen. Planet Venus juga memiliki atmosfer yang tebal, tapi terdiri dari gas karbon dan sulfur. Dua gas ini memantulkan cahaya Matahari dengan warna yang terang dan indah, tetapi memiliki sifat racun yang kuat ketika terhirup makhluk hidup.
Atmosfer Bumi juga menghamburkan cahaya Matahari yang datang ke Bumi. Membuat siang hari terang-benderang. Jika kita tinggal di planet lain, baik siang dan malam selalu gelap… Kita melihat Matahari sebagai sebuah bola kecil yang terang. Seperti kita melihat sebuah lampu di tengah hutan, cahayanya tidak menerangi diri kita.

Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan? (Ar Rahman, 13)
Tanda-tanda ilmiah tersebut, adalah bukti nyata keistemewaan Bumi. Surat Al Gasyiyah ayat 17-20, misalnya, Allah berfirman,
“Maka, tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana diciptakan?
Dan langit, bagaimana ditinggikan?
Dan gunung-gunung, bagaimana ditegakkan?
Dan Bumi, bagaimana dihamparkan?”
Keistimewaan-keistimewaan ini adalah tanda bahwa Allah telah mempersiapkan sebaik-baik tempat untuk Nabi Adam beserta anak cucunya. Kelak, anak dan cucu Adam mengambil manfaat dari Bumi ini.
Allah persiapkan juga tata cara pemakaian Bumi yang terdapat dalam Al Quran dan Sunnah. Dan Allah tunjuk kita, kaum muslim, untuk menjadi rahmat bagi Bumi ini.
Tidakkah kita bertaqwa kepada Allah setelah tanda-tanda ini ditampakkanNya kepada kita?
Sementara Allah pasti akan meminta pertanggungjawaban kita suatu saat kelak. Yaitu pada saat hari yang tak diragukan lagi kedatangannya.
(diary.febdian.net)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar